kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.209   -29,00   -0,18%
  • IDX 7.108   11,47   0,16%
  • KOMPAS100 1.063   0,60   0,06%
  • LQ45 836   0,73   0,09%
  • ISSI 215   0,25   0,12%
  • IDX30 427   0,78   0,18%
  • IDXHIDIV20 516   2,16   0,42%
  • IDX80 121   -0,02   -0,01%
  • IDXV30 125   -0,09   -0,07%
  • IDXQ30 143   0,32   0,23%

Pengamat: Siapa lembaga survei yang berbohong?


Kamis, 10 Juli 2014 / 08:00 WIB
Pengamat: Siapa lembaga survei yang berbohong?
ILUSTRASI. 5 Inspirasi Kado Valentine yang Penuh Makna untuk Pasangan ala Shopee.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Untuk memastikan siapa Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019 masih harus menunggu hitung manual hasil akhir Komisi Pemilihan Umum.

Uniknya, hasil hitung cepat lembaga survei berbeda antara yang diklaim kubu Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK.

Koordinator Komite Pemilih Indonesia (TePI) Jeirry Sumampow mengaku hasil hitung cepat lembaga survei ini akan menjadi patokan sah siapa yang menang dan siapa yang kalah. Bisa juga hasil ini dimaksudkan mengontrol hasil akhir yang akan ditetapkan KPU.

Menurut Jeirry, adanya perbedaan hasil cepat lembaga survei sebetulnya juga biasa. Hanya yang kini terjadi tidak biasa, sebab hasil survei ada perbedaan radikal. Satu pihak memenangkan Prabowo-Hatta dan lainnya memenangkan Jokowi-JK.

"Melihat hasil seperti itu sudah pasti ada lembaga survei berbohong. Ini tentu sangat memprihatinkan. Pasti ada lembaga survei yang mengumumkan hasil sesuai kemauan yang membayarnya," ujar Jeirry kepada Tribunnews.com, Rabu (9/7/2014).

Publik, sambung Jeirry, mengaku prihatin karena para peneliti lembaga survei mau menggadaikan ilmu dan keahliannya untuk kepentingan kandidat yang membayar. Fenomena ini sangat menyedihkan karena bisa memicu hal-hal yang tak diinginkan.

Kalau kemudian ada lembaga survei yang berbohong, publik harus minta pertanggungjawaban mereka. Sebab kebohongan dan manipulasi yang mereka lakukan bisa menimbulkan gesekan sosial di antara para pendukung pasangan calon.

"Hasil hitung cepat seperti ini, maka proses rekapitulasi (suara oleh penyelenggara pemilu, red) akan sangat rawan intervensi dan manipulasi. Sebab kedua kandidat sudah saling klaim sebagai pemenang," tambah Jeirry. (Yogi Gustaman)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×