kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat: PDI-P bagai gadis cantik pemikat hati


Kamis, 06 Februari 2014 / 15:40 WIB
Pengamat: PDI-P bagai gadis cantik pemikat hati
ILUSTRASI. Penyebab Utama Penyakit Limfoma


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) mulai dilirik sejumlah partai untuk digandeng menjadi mitra koalisi. Setidaknya ada empat partai yang sudah menyatakan keinginan berkoalisi yaitu Partai Golkar, Partai Demokrat, Partai Kebangkitan Bangsa, dan Partai Amanat Nasional. Mengapa partai-partai ini tertarik menggandeng PDI-P?

Direktur Polcomm Institute Heri Budianto mengibaratkan PDI-P sebagai gadis cantik pemikat hati. Menurutnya, selama 10 tahun berada di luar pemerintahan, PDI-P kini memetik buah manis.

Ke depannya, arah koalisi akan ditentukan oleh partai pimpinan Megawati Soekarnoputri.

"Saya berkeyakinan PDI-P memiliki strategi politik dalam koalisi. Partai-partai seperti Golkar dan Demokrat sudah memahami kans PDI-P akan sangat besar dalam memenangi pemilu," ujar Heri, saat dihubungi, Rabu (5/2/2014).

Meski diminati banyak partai, kata Heri, PDI-P tetap harus waspada. Pakar komunikasi politik itu melihat, partai-partai yang ingin berkoalisi itu bisa saja serius. Namun, bisa juga tawaran itu  hanya untuk meredam efek Jokowi.

"Pasti mereka khawatir kalau PDI-P mencalonkan Jokowi. Sebab, berdasarkan survei beberapa lembaga survei perolehan suara Jokowi mencapai 30-40 persen. Nah ini tentu mengkhawatirkan lawan-lawan politik," ucap Heri.

Sejauh ini, PDI-P belum menanggapi terlalu jauh keinginan sejumlah partai yang ingin berkoalisi. PDI-P baru akan menentukan koalisi setelah pemilu legislatif pada April 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×