kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Pengamat: Partai afiliasi Cendana manfaatkan kenangan ekonomi era Soeharto


Selasa, 20 Februari 2018 / 20:18 WIB
Pengamat: Partai afiliasi Cendana manfaatkan kenangan ekonomi era Soeharto
ILUSTRASI. Nomor urut Partai Berkarya


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Partai dengan afiliasi keluarga Cendana berpotensi menggunakan memori perekonomian era Soeharto untuk menggaet perhatian masyarakat. Terutama di kalangan anak muda yang terputus dari pengalaman langsung era Orde Baru.

Titi Anggraini, Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) menjelaskan ingat saja, pada era Presiden RI kedua, Soeharto, berbagai pembangunan seperti enam proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita) dan Repelita kurang lebih sukses membangun pondasi infrastuktur Indonesia.

Dus, citra Soeharto sebagai Bapak Pembangunan dapat digunakan lagi oleh partai-partai yang berafiliasi erat dengan sosok tersebut.

Partai yang dimaksud terutama dua partai baru yang masuk bursa Pemilihan 2019 nanti, yakni Partai Berkarya Indonesia yang mendaulat Hutomo Mandala Putra atau Tommy Soeharto sebagai Dewan Pembina Partai dan Partai Gerakan Perubahan Indonesia atau Partai Garuda yang mengusung Ahmad Ridha Sabana, Presiden Direktur TPI sebagai ketua. "Yang ingin dibangkitkan adalah memori ekonomi Soeharto," jelas Titi kepada KONTAN, Selasa (20/2).

Tak lupa hal ini mengingatkan kita pada meme 'Enak Zamanku' yang diiringi foto Soeharto. Menurut Titi ini merupakan langkah gimmick politik yang bisa digunakan partai-partai tersebut untuk membangun momentum dan citra baik era Soeharto di mata anak muda.

Menurut Titi, partai-partai ini bisa menyasar pada anak muda yang terputus dengan pengalaman langsung beratnya hidup dan keterbukaan informasi pada zaman Orde Baru. Dus arah kampanye yang dibawakan bakal membawa cerita sukses ekonomi era Soeharto.

Namun bukan berarti partai tersebut bakal otomatis mendapatkan sambutan positif dari masyarakat. Jelas, memori masyarakat akan era serba tertutup Soeharto bisa menjadi kendala. Tak lupa, status kedua partai tersebut yang masih hijau bakal membebani kinerja dari sisi pengenalan dan proses kaderisasi anggota.

"Figur besar tidak otomatis berkontribusi pada partai kalau mereka tidak turun langsung ke lapangan, nanti akan lebih dilihat pada kemampuan dan militansi mereka di mata masyarakat," jelas Titi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×