kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.806   -11,00   -0,07%
  • IDX 7.495   15,66   0,21%
  • KOMPAS100 1.160   5,20   0,45%
  • LQ45 920   6,64   0,73%
  • ISSI 226   -0,42   -0,18%
  • IDX30 475   4,07   0,87%
  • IDXHIDIV20 573   5,09   0,90%
  • IDX80 133   0,84   0,63%
  • IDXV30 140   1,19   0,85%
  • IDXQ30 158   1,00   0,64%

Pengamat: Mega masih punya keinginan "Nyapres"


Senin, 16 Desember 2013 / 09:09 WIB
Pengamat: Mega masih punya keinginan
ILUSTRASI. 5 Teh yang Bermanfaat untuk Membantu Menurunkan Berat Badan.


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Peneliti senior Founding Fathers House (FFH), Dian Permata, menilai, Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri masih memiliki keinginan untuk maju sebagai calon presiden 2014-2019. Menurutnya, hal itu terlihat dari langkah politik yang diambil Mega.

Dian menjelaskan, hal pertama yang menyiratkan keinginan Mega maju adalah ketika berulang kali mengatakan bahwa PDI Perjuangan baru akan menetapkan capres setelah pemilihan legislatif. Hal tersebut dianggap Dian untuk membuka peluang bagi siapa pun yang mampu, termasuk dirinya sendiri.

"Dilihat dari keinginan politiknya, Mega memang terlihat masih punya hasrat untuk maju kembali menjadi capres di Pilpres 2014," kata Dian, di Jakarta, Senin (16/12/2013).

Keinginan tersebut, kata Dian, tak bisa dilepaskan dari sejumlah alasan, di antaranya karena Mega tidak pernah merasa menjadi presiden pemenang pemilu.

"Ia hanya presiden warisan dari pemerintahan sebelumnya. Makanya, Mega tampil di Pilpres 2004 dan Pilpres 2009," ujarnya.

Selain itu, kata Dian, dari gesture politiknya, Mega tengah berada di masa paling dewasa dalam berpolitik. Indikatornya adalah keputusannya dalam Pemilihan Gubernur Jawa Tengah dan Jawa Barat.

Di Jawa Tengah, publik sempat memprediksi jika tiket akan diberikan PDI Perjuangan pada Rustriningsih (Wakil Gubernur Jawa Tengah saat itu). Namun, seperti akrobat politik, Mega membalikkan semua prediksi dan perkiraan banyak orang karena akhirnya dia memilih Ganjar Pranowo untuk bertarung di daerah tersebut. Keputusan Mega di Pilgub Jawa Tengah dianggap sebagai akrobat politik karena waktu itu elektabilitas Ganjar tidak meyakinkan. Tetapi, intuisi politik membuktikan lain. Ganjar menang di pilgub tersebut.

"Sama halnya saat Rieke Diah Pitaloka maju di Pilgub Jawa Barat, publik juga tak menyangka karena Rieke adalah orang relatif baru di kandang banteng," katanya.

Selanjutnya, Dian juga menanggapi seringnya Mega dan Joko Widodo (Jokowi) tampil bersama di depan publik. Meski mengundang banyak pertanyaan, tetapi hal-hal seperti itu akan sangat menguntungkan PDI Perjuangan. Keuntungan diperoleh PDI Perjuangan karena Jokowi berguna sebagai obat tawar terhadap kekurangan PDI Perjuangan, mmisalnya sebagai partai yang tak memiliki media massa dan ketiadaan capital politic karena menjadi oposisi di dua periode pemerintahan.

"Dan pesan terselubungnya juga ada, bahwa Jokowi milik moncong putih, bukan partai lain," katanya.

Dengan demikian, kata Dian, harapannya, publik akan tergerak memilih PDI Perjuangan. Bahkan, lebih jauh, suara pemilih juga akan tersedot untuk capres yang diusung PDI Perjuangan pada tahun depan.

Seperti diketahui, PDI Perjuangan menyerahkan keputusan soal capres kepada Megawati. Mega masih mendapat dukungan dari internal, dan masuk dalam salah satu skenario capres PDI Perjuangan. Namun, Mega belum juga memberikan keputusan dan masih menunggu hasil pileg nanti diketahui. Sesuai dengan hasil Rakernas III PDI Perjuangan, Mega diminta memutuskan capres itu sesuai dengan kesiapan internal partai dan kondisi politik terkini.(Indra Akuntono)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×