kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Sejarah menghendaki Jokowi


Minggu, 15 Desember 2013 / 16:01 WIB
Sejarah menghendaki Jokowi
ILUSTRASI. The Fed menaikkan suku bunga acuan 75 bps dianggap pasar kurang hawkish. ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/05/05/2021.


Sumber: TribunNews.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Makin "moncernya" nama Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo alias Jokowi di berbagai jajak pendapat sebagai calon presiden mendatang, tampaknya semakin tidak terbantahkan.

Keseriusan Jokowi dalam menuntaskan persoalan Jokowi pun jauh dari kesan "dibuat-buat" alias pencitraan, sehingga wajar jika Jokowi menjadi tumpuan harapan masyarakat sebagai capres pengganti Soesilo Bambang Yudhoyono.

Pengajar komunikasi politik di Universitas Indonesia (UI) Ari Junaedi menganggap, harapan masyarakat yang melambung terhadap sosok Jokowi yang merakyat adalah jawaban dari kerinduan hadirnya pemimpin yang bersahaja.

"Rakyat sudah bosan dan muak dengan pemimpin yang hanya bisa bicara. Rakyat butuh presiden yang bisa bekerja dengan hati, dan itu hadiri di figur mantan Wali Kota Surakarta. Semakin banyak pihak yang menghujat, mencemooh Jokowi seperti halnya elit-elit Demokrat macam Ruhut Sitompul atau Nurhayati Assegaf, rakyat semakin membela Jokowi. Disini, rasionalitas rakyat berlawanan dengan pernyataan politik yang tidak mencerdaskan warga," ujarĀ  Ari Junaedi, Minggu (15/12/2013).

Dalam amatan pengajar di Program S2 dan S1 UI ini, sebuah kerugian besar bagi PDIP sebagai parpol pengusung Jokowi jika tidak segera mendeklarasikan nama Jokowi sebagai capres. PDIP akan kehilangan momentum bahkan akan kehilangan dukungan dari rakyat jika tidak mengumumkan nama Jokowi sebagai capres unggulan PDIP.

"PDIP harus siapkan transisi kepemimpinan tradisional yang selalu bertumpu pada keluarga besar Soekarno kepada pewaris perjuangan serta semangat Soekarno kepada generasi muda. Terlalu banyak memiliki kader-kader yang mumpuni seperi Jokowi, Ganjar Pranowo, Tri Rismaharini, TB Hassanudin, Maruarar Sirait, Pramono Anung, Teras Narang, Teten Masduki, Rieke Diah Pitaloka, Eva Sundari, Hendrawan Supratikno dan lain-lain. Jika Jokowi menjadi Presiden RI ke 7 kelak, Indonesia akan memasuki babak baru kepemimpinan nasional yang berwajahkan generasi yang peduli kerja, anti korupsi serta membela rakyat," papar Ari.

Saatnya, Indonesia berdaulat atas tanah airnya sendiri. "Ibaratnya mestakung untuk Jokowi alias semesta mendukung Jokowi," Ari Junaedi menegaskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×