kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.704.000   25.000   1,49%
  • USD/IDR 16.450   35,00   0,21%
  • IDX 6.380   -139,26   -2,14%
  • KOMPAS100 926   -23,75   -2,50%
  • LQ45 725   -12,49   -1,69%
  • ISSI 196   -6,34   -3,13%
  • IDX30 379   -3,71   -0,97%
  • IDXHIDIV20 456   -5,75   -1,25%
  • IDX80 105   -2,26   -2,11%
  • IDXV30 108   -2,36   -2,13%
  • IDXQ30 124   -0,95   -0,75%

Pengamat: Jokowi harus berani sentil Menkumham


Selasa, 17 Maret 2015 / 14:59 WIB
Pengamat: Jokowi harus berani sentil Menkumham
ILUSTRASI. Kage no Jitsuryokusha ni Naritakute Season 2 Episode 1, Sinopsis dan Jadwal Tayang


Sumber: Antara | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Firman Noor mengatakan Presiden Joko Widodo harus berani "menyentil" Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna Laoly terkait langkah pemerintah dalam menyikapi konflik partai politik.

"Sekarang ini zamannya rumor. Jangan sampai ada rumor Presiden tidak berani "menyentil" Yasonna karena merupakan menteri titipan Megawati," kata Firman Noor dihubungi di Jakarta, Selasa (17/3).

Firman mengatakan dalam beberapa hal Presiden Jokowi berani menegur menteri-menterinya yang bertindak konyol. Karena itu, Jokowi pun harus berani "menyentil" Yasonna agar pemerintah tidak terkesan mengintervensi partai politik dan memanfaatkan konflik.

Menurut Firman, saat ini terdapat beberapa partai politik yang sedang "sakit-sakitan". Kondisi tersebut diperparah dengan sikap dan langkah pemerintah yang terkesan mengintervensi dan berpihak pada faksi di internal partai politik yang memihak pemerintah.

"Perilaku pemerintah menunjukkan cara-cara Machiavelian, yaitu menghabisi lawan-lawan politik untuk mempertahankan kekuasaan dengan cara-cara yang dipertanyakan legalitasnya," tuturnya.

Firman mengatakan terdapat standar ganda yang dilakukan Menteri Hukum dan HAM dalam menyikapi konflik di PPP dan Partai Golkar yang pada akhirnya dipertanyakan oleh publik.

"Ketika pengadilan tata usaha negara memutus tentang PPP, Menkumham tidak langsung mengesahkan. Sementara ketika Mahkamah Partai Golkar, yang sebenarnya tidak memutuskan pihak yang menang, Menkumham justru menyurati dan meminta kepengurusan dilengkapi," katanya.

Menurut Firman, dua langkah tersebut menunjukkan ada aspek-aspek yang dilanggar dan keberpihakan terhadap faksi pendukung pemerintah di dalam partai untuk mengamankan kepentingan pemerintahan.
"Saya pikir tidak sehat bila eksistensi partai politik ditentukan pemerintah dengan gaya mempertahankan kekuasaan seperti ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×