kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pengamat: APBN 2018 optimistis tapi berisiko


Rabu, 25 Oktober 2017 / 17:00 WIB
Pengamat: APBN 2018 optimistis tapi berisiko


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Dessy Rosalina

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekonom SKHA Institute for Global Competitiveness Eric Sugandi menilai, APBN 2018 cukup optimistis. Namun, masih cukup berisiko.

Dari sisi asumsi makro berupa pertumbuhan ekonomi tahun depan yang dipatok sebesar 5,4% menurut Eric masih bisa dicapai bila konsumsi rumah tangga tetap kuat, investasi tumbuh lebih cepat dan harga komoditas ekspor Indonesia di pasar global terus membaik.

"Tetapi proyeksi saya untuk pertumbuhan ekonomi 2018 ada di 5,3%," kata Eric kepada Kontan.co.id, Rabu (25/10).

Lebih lanjut Eric melihat pemerintah sangat optimistis memasang target inflasi tahun depan sebesar 5,3%. Sementara kurs rupiah dipatok Rp 13.400 per dollar AS dinilainya sudah realistis.

Namun, dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan asumsi kurs rupiah yang melemah dibanding tahun ini serta adanya kenaikan harga komoditas energi, inflasi 2018 bisa lebih tinggi dari tahun ini yang ditargetkan sebesar 4,3%.

"Proyeksi saya untuk inflasi 2018 ada di 4%," tambahnya.

Sementara asumsi harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang dipatok sebesar US$ 48 per barel cukup konservatif. Namun angka itu baik untuk pemerintah sehingga tidak mematok target penerimaan pajak migas dan penerimaan sumber daya alam (SDA) yang terlalu tinggi.

Ia juga melihat, target defisit anggaran tahun depan yang dipatok sebesar 2,19% dari produk domestik bruto (PDB) terlalu optimistik. "Ada kemungkinan pemerintah akan merevisi naik (defisit) di APBN-P 2018 jika ada shortfall penerimaan negara dibandingkan belanja," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×