kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Penerimaan cukai baru 56% dari target, ini tiga objek yang berpeluang kerek cukai


Senin, 28 September 2020 / 07:28 WIB
Penerimaan cukai baru 56% dari target, ini tiga objek yang berpeluang kerek cukai
ILUSTRASI. Cukai hasil tembakau salah satu instrumen penerimaan cukai negara


Reporter: Venny Suryanto | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerimaan cukai di tahun ini tampaknya tak akan sesuai target. Mengingat, hingga Agustus 2020, penerimaan cukai baru Rp 97,71 triliun, atau 56,74% dari target pemerintah.

Asal tahu saja, penerimaan cukai itu terdiri atas cukai hasil tembakau (HT), minuman mengandung etil alkohol (MMEA), dan etil alkohol (EA). Walau meleset dari target, namun jumlah penerimaan cukai itu masih tumbuh 4,93% dibandingkan Agustus 2019. 

Jika dirinci berdasarkan level pertumbuhan kumulatifnya, pertumbuhan cukai atas EA mengalami kenaikan tertinggi yaitu 140,43% year on year (yoy). 

Selain itu, penerimaan cukai HT juga masih menggeliat meski masih di tengah pandemi Covid-19. Kementerian Keuangan mencatat penerimaan cukai rokok hingga 31 Agustus 2020 terkumpul Rp 94,39 triliun atau tumbuh 6,09% yoy. 

Baca Juga: HM Sampoerna (HMSP) mengeluh cukai rokok tidak adil, ada apa?

Namun ekonom CORE Piter Abdullah menilai, instrumen cukai seharusnya tidak ditujukan untuk meningkatkan penerimaan. Sebab menurutnya cukai adalah instrument pengendalian. 

“Walaupun berimplikasi terhadap penerimaan. Oleh Karena  itu cukai tidak bisa dijadikan alat untuk menggenjot penerimaan,” kata Piter kepada Kontan.co.id, Minggu (27/9). 

Sehingga, yang perlu diperhatikan saat ini adalah bagaimana konsumsi rokok bisa berkurang dengan adanya tarif cukai rokok yang dinaikkan. 

“Kalau orang tidak merokok lagi walaupun tarif cukai dinaikkan maka penerimaan cukai justru akan menurun artinya ketik cukai rokok naik maka tersirat target penerimaan cukai seharusnya menurun. Karena harapan kami kenaikan cukai rokok bisa  menurunkan konsumsi rokok,” tambah Piter. 

Adapun Pengamat Pajak DDTC Darussalam menilai, untuk memperluas objek penarikan cukai di Indonesia harus dimaknai sebagai instrumen untuk mengendalikan konsumsi yang selama ini memberikan eksternalitas negatif dan berdampak bagi kesehatan masyarakat dan juga kerusakan lingkungan. 

Sehingga, perluasan penerimaan cukai yang bisa dipertimbangkan bagi Indonesia ialah plastik, minuman berpemanis, dan kendaraan bermotor.

Selanjutnya: Genjot penerimaan tahun depan, Bea Cukai akan tingkatkan pemberantasan rokok ilegal

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×