Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana kembali menerbitkan surat berharga negara (SBN) dalam denominasi valuta asing (valas) pada semester II mendatang, atau pada kisaran kuartal III dan kuartal IV-2020.
Rencananya, SBN valas ini masih akan terbit dalam tiga denominasi, yaitu dolar Amerika Serikat (Sukuk global), yen (Samurai bond), dan euro (Euro bond).
Head of Economy Research PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C. Permana, mengapresiasi langkah pemerintah dalam penerbitan SBN valas tersebut.
Baca Juga: Hingga kini, BI telah membeli SBN sebanyak Rp 200,25 triliun
Menurutnya, selain bisa memberikan sumber pendanaan tambahan bagi anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), hal tersebut juga sesuai dengan prinsip risk sharing atau pembagian risiko.
"Setidaknya, terlihat dari jangkauan basis investor yang diharapkan bisa semakin luas, serta diversifikasi mata uang yang digunakan," ujar Fikri kepada Kontan.co.id, Kamis (28/5).
Fikri menjelaskan, sebenarnya penerbitan SBN valas berkaitan dengan cashflow atau kebutuhan penerimaan dan belanja APBN. Jadi penerbitan SBN valas tidak memiliki waktu default, alias bisa dilakukan kapan saja.
Baca Juga: BI: Arus modal asing kembali masuk ke SBN
Kemudian, Fikri memproyeksi seharusnya imbal hasil (yield) ataupun kupon dari SBN valas ini bisa ditekan. Pasalnya, penerbitan SBN valas ini sejalan dengan stance dovish bank sentral dan stimulus fiskal di hampir seluruh dunia, khususnya yang dianut oleh negara-negara maju.
Apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara lain, dampak Covid-19 di Indonesia relatif lebih terjaga, serta diikuti dengan respons kebijakan otoritas yang sangat baik. Maka dari itu, Fikri berharap imbal hasil dari SBN ini bisa kompetitif.
"Karena tentunya yield ini, disesuaikan dengan yield di tempat penerbitan dan denominasi negara tersebut. Seperti kita tahu negara-negara tersebut, juga memiliki yield yang sangat kompetitif," paparnya.
Baca Juga: Pemerintah berencana terbitkan SBN valas di semester II 2020
Fikri juga optimistis obligasi yang diterbitkan pemerintah bisa terserap dengan baik oleh pasar. Apalagi, apabila ketiga denominasi tersebut ditambah dengan fundamental ekonomi Indonesia serta sovereign rating yang cenderung investment grade.
"Bahkan saya rasa malah akan sangat mungkin untuk oversubscribe," kata Fikri.
Fikri menjelaskan, akan ada beberapa hal yang menjadi pertimbangan investor dalam membeli obligasi ini. Menurutnya, investor akan memperhitungkan yield dari segi harga dan kupon, tenor, serta credit risk atau rating.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News