Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
Namun demikian, Faisal mengatakan naiknya kasus harian Covid-19 yang berujung pada penerapan PPKM Darurat di awal semester II 2021 kemungkinan akan mengganggu proses pemulihan Indonesia ke depannya.
“Sebaiknya pemerintah jangan terburu-buru karena ruang penurunan (pembiayaan utang) tersebut masih bisa digunakan. Selain strategi realokasi dan refokusing anggaran serta pemanfaatan SAL di tengah ketidakpastian terkait gelombang pandemi saat ini,” kata Faisal kepada Kontan.co.id, Selasa (13/7).
Baca Juga: Jumlah penawaran pada lelang SUN besok diperkirakan menyentuh Rp 60 triliun
Lebih lanjut, Faisal mengatakan risiko penerbitan SBN di semester II-2021 kemungkinan dapat berasal dari nilai tukar yang cenderung melemah dalam jangka pendek. Gelombang pandemi yang saat ini terjadi bersamaan dengan PPKM Darurat akan mengurangi appetite investor untuk berinvestasi di tengah pemulihan ekonomi Indonesia.
Dari sisi global, isu normalisasi kebijakan The Fed juga harus diawasi karena dapat menimbulkan potensi outflow. “Saya cukup optimis Indonesia masih cukup attractive untuk investor karena jika pemerintah berhasil mengatasi gelombang pandemi yang saat ini terjadi, peluang Indonesia untuk tumbuh cukup cepat masih terbuka lebar,” kata dia.
Selanjutnya: BI sudah gelontorkan Rp 120,8 triliun untuk membeli SBN sepanjang semester I 2021
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News