Reporter: Siti Masitoh | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah masih berencana menerbitkan surat utang global tahun ini. Sebelumnya Kementerian Keuangan menyebut, akan menerbitkan dua obligasi global (global bond) di sisa akhir tahun 2022.
Satu diantaranya sudah diterbitkan pada awal September lalu dengan nilai US$2,65 miliar atau sekitar Rp 39,55 triliun dalam tiga seri seri.
Direktur Strategi dan Portofolio Pembiayaan Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan Riko Amir menyebut, pemerintah masih mempertimbangkan penerbitan global bond yang terakhir. Hal ini sejalan ditengah likuiditas valuta asing (valas) yang semakin ketat.
“Pemerintah masih mempertimbangkan kondisi dalam hal ini akan menerbitkan SBN valas berikutnya,” tutur Riko kepada Kontan.co.id, Senin (10/10).
Baca Juga: Pemerintah Telah Terbitkan SBN Bruto 78% dari Target Tahun Ini
Menurutnya, dalam menerbitkan Surat Berharga Negara (SBN) valas perlu mempertimbangkan beberapa hal. Diantaranya, kebutuhan belanja dan pembiayaan valas tahun 2022, ketersediaan kas dalam valas, keseimbangan antara biaya dan risko pembiayaan, serta kondisi pasar keuangan global yang masih volatile.
Selain itu, kinerja APBN yang baik dan juga pertumbuhan ekonomi di kuartal III akan sangat menentukan peberbitan surat utang tersebut.
Dia menyebut, saat ini pemerintah masih secara konsisten menerbitkan SBN domestik baik ritel maupun non ritel, dan menarik pinjaman program, dalam memenuhi kebutuhan pembiayaan utang tunai tahun 2022.
Lebih lanjut, Riko menyampaikan, ketersediaan kas valas Indonesia saat ini juga masih cukup ditengah kondisi likuiditas valas yang sangat ketat, sehingga penerbitan global bond selanjutnya perlu dipertimbangkan.
"Defisit anggaran pada tahun ini juga akan di bawah 3,92%. Sehingga opsi untuk melakukan penerbitan SBN masih dipertimbangkan apakah dengan valas atau domestik," jelasnya.
Riko belum bisa memberikan gambaran pasti angka defiist anggaran di akhir tahun ini. Namun, pemerintah akan terus memantau setiap bulannya terkait keseluruhan pendapatan, apakah masih terus membaik, dan pengeluaran belanja subsidi dan kompensasi akan sebesar apa.
Dihubungi secara terpisah, Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI Teuku Riefky menilai, penerbitan global bond bisa meredam berkurangnya kepemilikan asing di SBN Indonesia.
“Jadi memang dit engah kondisi masih ada capital outflow ini global bond mampu menjaga stabilitas cadangan valas yang dimiliki oleh Indonesia,” tutur Riefky.
Riefky menjelaskan, dengan kondisi likuiditas valas yang semakin ketat karena adanya peningkatan kebijakan moneter di seluruh dunia, tentunya akan menekan cadangan valas di banyak negara.
Ini terjadi, lanjutnya, karena terjadi capital outflow besar-besaran, utamanya dari negara berkembang seperti Indonesia, sehingga terjadi diferensiasi nilai tukar yang semakin deras. Akan tetapi, menurutnya dengan penerbitan global bond, maka bisa membantu pemerintah memiliki cadangan valas yang dibutuhkan.
“Sehingga jika nanti dibutuhkan akan membantu untuk menstabilan nilai tukar rupiah. Selain itu kita juga perlu mengamankan kepemilikan valas kita, dan ini bisa dicapai dengan penerbitan global bond,” kata reiefky.
Sehingga, Riefky berpendapat, penerbitan global bond di tengah kondisi likuiditas valas yang ketat merupakan keputusan yang tepat. Ini juga sejalan dengan usaha pemerintah untuk melakukan stabilitasi nilai tukar dan menjaga valas di dalam negeri.
Baca Juga: Pekan Pertama Oktober 2022, Arus Modal Asing Masuk Rp 7,28 Triliun
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News