kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerapan NLE diharapkan bisa jadi penggerak ekonomi di saat pandemi


Kamis, 24 September 2020 / 21:03 WIB
Penerapan NLE diharapkan bisa jadi penggerak ekonomi di saat pandemi
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengikuti rapat kerja bersama Badan Anggaran DPR di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (7/9/2020). Rapat kerja tersebut membahas laporan dan pengesahan hasil Panitia Kerja Pembahasan RUU Pertanggungjawaban dan Pelaksana


Reporter: Ratih Waseso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Upaya pemerintah dalam memperbaiki sistem logistik nasional dengan adanya penerapan sistem National Logistic Ecosystem (NLE), diharapkan dapat menjadi salah satu penggerak perekonomian, terutama di tengah pandemi Covid-19.

Menteri Keuangan Sri Mulyani menuturkan bahwa penerapan NLE dapat membantu dunia usaha dalam memperoleh keringanan usaha saat pandemi. "Ini justru dalam situasi yang saat ini masih menghadapi tantangan covid, tujuannya adalah supaya dunia usaha ini bisa dapatkan bantuan keringanan beban. Karena memang semua dalam situasi yang luar biasa berat menghadapi covid. Jadi kalau dengan National Logistic Ecosystem ini beban usaha bisa diturunkan," tuturnya saat Virtual Konferensi Pers Bersama Ekosistem Logistik Nasional pada Kamis (24/9).

Pemerintah berharap agar para pengusaha bisa jauh lebih berdaya tahan dengan adanya perbaikan sistem logistik nasional tersebut. Ditargetkan dengan penerapan sistem NLE dapat menurunkan biaya logistik dari mulanya 23,5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi 17% dari PDB.

Baca Juga: Ekonom Indef prediksi pemulihan ekonomi akan L shape pada 2021

"Itu berarti akan turun sekitar 6%. Kalau 6% dari GDP kita yang sekarang Rp 15.000 triliun yaitu angkanya sangat signifikan. Nah siapa yang akan menikmatinya tentu adalah dunia usaha. Karena sekarang ongkos mereka untuk mengeluarkan berbagai biaya itu jauh lebih sedikit," imbuhnya.

Efisiensi 6% dari adanya penerapan NLE disebut Sri Mulyani, terutama berasal dari efisiensi bidang transportasi dan trucking. Dimana dua bidang tersebut memiliki kontribusinya sekitar 10% dari biaya logistik Indonesia.

"Karena tadi yang disampaikan Pak Tarigan Aptrindo mereka menunggu dan tidak transparan sistemnya, sehingga tidak efisien tadi sampai 20 jam menunggu. Kalau sekarang kita ada dalam sistem yang bersama tentu kita harapkan para asosiasi trucking dari ini bisa dapatkan efisiensi waktu tunggu dan waktu order," imbuhnya.

Dengan efisiensi 10% biaya logistik yang berasal dari bidang trucking, Sri Mulyani menyebut tentu akan sangat menurunkan keseluruhan biaya logistik nasional. Kemudian juga efisiensi diharapkan muncul dari pengurusan delivery order (DO) dan juga SP2 atau pelepasan dari kargo. "Ini tentu akan bisa mengurangi biaya logistik, sehingga kita berharap kalau kita bisa mengurangi 6-7% dari 24% GDP kita tentu kita akan bisa mendekati 17%, ini memang masih lebih tinggi dari Malaysia, karena Indonesia negara besar jadi tadi kita bagus mulai dari pelabuhan besar," jelasnya.

Baca Juga: Bukan soal resesi, ekonom Bank Mandiri ingatkan pemerintah untuk fokus akan hal ini

Mulai 1 Oktober 2020 mendatang diharapkan penerapan NLE sudah dapat dilakukan. Nantinya ada empat pelabuhan dalam penerapannya yaitu Pelabuhan Belawan di Medan, Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya, Pelabuhan Tanjung Emas di Semarang, dan Pelabuhan Tanjung Priok di Jakarta.

"Time frame kapan? Kalau dari Inpres no 5 2020 sekarang sudah dalam bentuk piloting, sudah mulai berjalan dan itu akan mulai lakukan secara bertahap, kalau kita bisa menurunkan biaya sekitar Rp 1,5 triliun per tahunnya seperti yang dikatakan Pak Luhut, itu sangat menentukan cukup besar bagi industri terutama," ungkapnya.




TERBARU

[X]
×