Reporter: Arif Ferdianto | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa tingkat kemiskinan Indonesia mengalami penurunan sebesar 1,16 juta menjadi 24,06 juta orang pada periode September 2024, bila dibandingkan Maret 2024 yang mencapai 25,22 juta orang.
Jumlah penduduk miskin tersebut juga tampak menurun turun 1,84 juta orang dibandingkan Maret 2023 yang mencapai 25,90 juta orang.
Ekonom Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPNVJ), Achmad Nur Hidayat mengatakan, terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi penurunan jumlah penduduk miskin tersebut seperti stabilitas ekonomi, pertumbuhan lapangan kerja dan implementasi program sosial oleh pemerintah.
"Sejak pandemi mulai mereda, pemerintah Indonesia menggencarkan upaya pemulihan ekonomi melalui program padat karya, subsidi pangan, dan bantuan langsung tunai (BLT). Kebijakan ini membantu kelompok rentan untuk memenuhi kebutuhan pokok mereka," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (16/1).
Baca Juga: Penduduk Miskin Paling Banyak Ada di Pulau Jawa, Ini Penjelasan BPS
Selain itu, lanjut Achmad, stabilitas harga kebutuhan pokok selama periode tersebut juga menjadi penentu penting. Dengan inflasi yang terkendali, daya beli masyarakat dapat terjaga.
"Faktor lain yang turut berkontribusi adalah peningkatan akses terhadap layanan pendidikan dan kesehatan di daerah pedesaan dan terpencil, yang pada akhirnya mendukung produktivitas masyarakat," terangnya.
Di samping itu, kata Achmad, meski jumlah penduduk miskin terlihat menurun, realitas di lapangan menunjukkan banyak keluarga masih menghadapi keterbatasan akses terhadap pendidikan berkualitas, fasilitas kesehatan, dan sanitasi layak.
Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin Turun per September 2024, Ini Penyebabnya
Menurutnya, data BPS juga tidak menangkap fenomena kemiskinan terselubung, yaitu kelompok yang secara statistik berada di atas garis kemiskinan tetapi dalam kenyataannya sangat rentan terhadap guncangan ekonomi.
Contohnya, banyak keluarga kelas menengah yang terpuruk akibat pandemi, kehilangan pekerjaan, atau menghadapi kenaikan biaya hidup yang tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan.
"Kemiskinan terselubung ini juga terjadi di kalangan pekerja informal. Meski mereka memiliki penghasilan yang cukup untuk memenuhi garis kemiskinan, pendapatan yang tidak stabil membuat mereka rentan jatuh miskin," tandasnya.
Selanjutnya: Maret-April 2025 Panen Raya, Produksi Gabah Diprediksi Capai 14 Juta Ton
Menarik Dibaca: 4 Manfaat Olahraga saat Haid, Ampuh Atasi Gejala PMS lo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News