Reporter: Bidara Pink | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berpeluang menurunkan defisit anggaran pada tahun 2022. Salah satunya, didorong outlook pendapatan negara yang lebih tinggi dari perkiraan.
Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan, defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun 2022 sebesar Rp 840,2 triliun atau setara 4,5% Produk Domestik Bruto (PDB). Ini lebih rendah dari perkiraan defisit sebelumnya yang sebesar Rp 868,0 triliun atau setara 4,85% PDB.
“Jadi kami bisa mengurangi defisit, yang sering saya bagikan juga di media sosial. Maka, kami gunakan peluang tambahan pendapatan sekitar Rp 420,1 triliun,” ujar Sri Mulyani dalam rapat kerja bersama dengan Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, belum lama ini.
Pemerintah memperkirakan ada tambahan pendapatan negara sebesar Rp 420,1 triliun pada tahun ini. Sehingga, outlook pendapatan pada tahun 2022 diperkirakan mencapai Rp 2.266,2 triliun.
Sri Mulyani menyebutkan, tambahan pendapatan tersebut juga bisa digunakan untuk menjaga perekonomian. Seperti menambah subsidi untuk melindungi rakyat, memberi bantuan sosial, dan melindungi perekonomian. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi akan terkerek.
Baca Juga: Pertumbuhan Ekonomi 2023 Ditargetkan Capai 5,9%, Ini Penjelasan Sri Mulyani
Meski defisit anggaran bisa ditekan, sejatinya ada pembengkakan belanja negara. Sri Mulyani memperkirakan, belanja negara akan membengkak Rp 392,3 triliun menjadi Rp 3.106.4 triliun.
Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual optimistis upaya pemerintah menekan defisit anggaran pada tahun ini akan tercapai. Bahkan, dengan potensi pendapatan negara yang besar, defisit anggaran bisa lebih rendah dari outlook saat ini.
“Untuk tahun ini bahkan bisa lebih rendah dari outlook yang 4,5% PDB, karena penerimaan kita bisa tinggi baik dari penerimaan perpajakan maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP),” ujar David kepada Kontan.co.id, Minggu (22/5).
Pendapatan negara yang moncer diperkirakan bersumber dari masih tingginya harga komoditas yang bisa memberi peluang untuk penerimaan perpajakan dan pemulihan ekonomi yang menyundut penerimaan pajak, baik dari Pajak Penghasilan (PPh) orang pribadi maupun badan, dan juga Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
Nah, untuk membiayai defisit anggaran, David meyakini, pemerintah masih akan menarik utang dari penerbitan Surat Berharga Negara (SBN), pinjaman bilateral, maupun pinjaman multilateral.
Namun, pinjaman yang ditarik oleh pemeringtah ini masih sangat terukur dan masih aman, mengingat porsi utang juga masih berimbang.
Baca Juga: Defisit Dipangkas, Ekonom Sarankan Porsi Utang Pemerintah Dioptimalkan Melalui SBN
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News