kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Defisit Dipangkas, Ekonom Sarankan Porsi Utang Pemerintah Dioptimalkan Melalui SBN


Minggu, 22 Mei 2022 / 14:54 WIB
Defisit Dipangkas, Ekonom Sarankan Porsi Utang Pemerintah Dioptimalkan Melalui SBN
ILUSTRASI. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati . ANTARA FOTO/Indrianto Eko Suwarso/foc.


Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada tahun ini akan diturunkan menjadi 4,5% dari target 4,85% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Penurunan ini dikarenakan adanya outlook pendapatan negara tahun 2022 yang diperkirakan lebih tinggi atau mencapai Rp 420,1 triliun dari target yang telah ditetapkan. Namun dirinya menegaskan bahwa tak semua kelebihan pendapatan tersebut akan dilokasikan untuk menutup defisit.

Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Yusuf Rendy Manilet melihat, dari rencana pagu anggaran di tahun ini, pagu pembiayaan utang sudah relatif berkurang jika dibandingkan pada tahun lalu. Dengan penyesuaian defisit yang lebih rendah, maka penarikan pinjaman utang ditargetkan lebih kecil Rp 30 triliun dibandingkan target pada tahun sebelumnya.

Baca Juga: Penerbitan SBN 2022 Diproyeksikan Hanya Terealisasi Rp 842 Triliun Sampai Akhir Tahun

Yusuf mengatakan, kedua instrumen utang yakni Surat Berharga Negara (SBN) dan pinjaman mempunyai kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Untuk SBN sendiri, umumnya mempunyai bunga yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman. “Namun SBN sifatnya lebih fleksibel artinya bisa digunakan untuk beragam kepentingan,” ujar Yusuf kepada Kontan.co.id, Minggu (22/5).

Sementara itu, untuk pinjaman pada umumnya memiliki bunga yang lebih rendah, namun sifatnya lebih rigid diperuntukkan untuk kegiatan tertentu sehingga tidak lebih fleksibel dibandingkan SBN. “Di sisi lain, biasanya ada resiko nilai tukar dan juga commitmen fee yang harus dibayarkan jika pinjaman tidak dicairkan tepat waktu,” katanya.

Atas dasar tersebut, menurutnya komposisi dari porsi utang pemerintah setelah penurunan defisit ini akan dioptimalkan melalui penerbitan SBN dibandingkan melalui pinjaman. “Dengan kisaran proporsi 80-90% melalui SBN dan sisanya akan dilakukan melalui pinjaman,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×