kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.926.000   -27.000   -1,38%
  • USD/IDR 16.545   -6,00   -0,04%
  • IDX 6.849   21,48   0,31%
  • KOMPAS100 990   1,47   0,15%
  • LQ45 767   3,34   0,44%
  • ISSI 219   0,50   0,23%
  • IDX30 398   1,95   0,49%
  • IDXHIDIV20 468   1,05   0,23%
  • IDX80 112   0,42   0,38%
  • IDXV30 115   0,40   0,35%
  • IDXQ30 129   0,49   0,38%

Penasaran dengan jebakan pendapatan kelas menengah? Ini penjelasannya


Senin, 21 Oktober 2019 / 14:02 WIB
Penasaran dengan jebakan pendapatan kelas menengah? Ini penjelasannya
ILUSTRASI. Pidato Presiden Joko Widodo saat pelantikan presiden dan wakil presiden periode 2019-2024 di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Minggu (20/10/2019).


Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo dalam pidato pelantikannya, Minggu (21/10/2019) menginginkan Indonesia pada 2045 kelak keluar dari jebakan pendapatan kelas menengah atau middle income trap. Jokowi mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia bisa mencapai US$ 7 triliun.

Lalu, apakah sebenarnya jebakan pendapatan kelas menengah itu?

Baca Juga: Ekonom BNI: Dengan arahan strategis Jokowi, ekonomi bisa tumbuh 6% dalam lima tahun

Berdasarlan hasil penelitian Bank Pembangunan Asia (ADB) yang berjudul Inequality, Aging and the Middle Income Trap dijelaskan, umumnya negara yang mulai masuk dalam kategori berpendapatan menengah, angkatan kerja sekaligus jumlah pengangguran di kawasan pedesaan mulai menipis.

Hal tersebut membuat tingkat upah, baik di kawasan pedesaan maupun perkotaan meningkat yang membuat daya saing di negara tersebut jadi terkikis. Pasalnya, kawasan desa mengalami kekurangan tenaga kerja sementara di kota, permintaan terhadap tenaga kerja tidak dapat dipenuhi.

Di sisi lain, negara yang bersangkutan akan sulit untuk mengadaptasi teknologi asing, dan pertumbuhan akumulasi modal melambat. Secara lebih lanjut, negara-negara berpenghasilan menengah biasanya menghadapi tantangan ketidaksetaraan tinggi dan juga perubahaan piramida penduduk tua yang cepat.

Baca Juga: Usai dilantik jadi presiden di periode kedua, Jokowi nyatakan siap langsung kerja

Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa banyak ekonomi menjadi stagnan setelah mencapai pendapatan menengah.
"Mimpi kita di tahun 2045, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai US$ 7 triliun. Indonesia sudah masuk lima besar ekonomi dunia dengan kemiskinan mendekati nol persen. Kita harus menuju ke sana," ucap Jokowi dalam pidatonya saat pelantikan Presiden dan Wakil Presiden periode 2019-2024 di Gedung MPR/DPR/DPD-RI, Jakarta, Minggu (20/10/2019).

Menurut dia, pihaknya sudah mengalkulasi bahwa target tersebut sangat masuk akal dan sangat memungkinkan untuk dicapai. Namun sebut Jokowi, untuk mewujudkan hal itu dibutuhkan kerja keras, kerja cepat, dan produktif.

"Semua itu tidak datang otomatis, tidak datang dengan mudah. Harus disertai kerja keras, dan kita harus kerja cepat, harus disertai kerja-kerja bangsa kita yang produktif," ucapnya.

Baca Juga: Jokowi yakin ekonomi RI masuk 5 besar dunia 2045, Bappenas: Tantangannya masih banyak

Berdasaran data ADB per 2017 tersebut, Indonesia bersama dengan 16 negara kawasan Asia lainnya masuk dalam kategori kelas menengah. Beberapa negara lain adalah Azerbaijan, Georgia, Iran, Iraq, Jordan, Kazakhstan, Lebanon, Malaysia, Maldives, Mongolia, Thailand, Turkey, Turkmenistan, West Bank dan Gaza.

Bank Dunia sendiri pada Juli 2019 memperbarui klasifikasi negara berdasarkan pendapatan (PDB/kapita) sebagai berikut:

- Menengah-Atas US$ 3.996 - US$ 12.375
- Menengah-Rendah US$ 1.026 - US$ 3.995
- Rendah < US$ 1.025 dollar AS
- Tinggi > US$ 12375 dollar AS

Berdasarkan catatan Bank Dunia, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada 2018 adalah US$ 3.932 per tahun. Angka ini menandakan Indonesia masih berada di kelompok negara berpendapatan menengah-bawah.



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×