Reporter: Yusuf Imam Santoso | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 telah diselenggarakan secara virtual pada tanggal 16-18 Juli 2020. Agenda utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut meliputi Global Economy and the G20 Action Plan in Response to the Covid-19 Pandemic, dan G20 Finance Track Deliverables in 2020.
Dunia masih akan menghadapi ketidakpastian yang tinggi, di mana output global diproyeksikan turun 4,9% tahun ini. Pemulihan yang gradual akan terjadi di tahun 2021.
Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia (WB) menyampaikan bahwa pandemik Covid-19 telah menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian dunia dengan kerugian diperkirakan mencapai US$ 12 triliun hingga akhir tahun 2021.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, masing-masing negara mengalami tingkat dampak ekonomi yang berbeda akibat Covid-19, di mana negara dengan fundamental ekonomi yang tidak kuat akan berpotensi mengalami krisis utang.
“Kebutuhan pembiayaan dunia dalam penanganan dampak Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi sangat besar, namun demikian lembaga pembangunan multilateral memiliki keterbatasan dalam penyediaan dukungan pinjaman dan hibah,” kata Sri Mulyani, Senin (20/7).
Menkeu menyampaikan, negara-negara anggota G20 bersama lembaga internasional akan melanjutkan kerjasama global dalam penanganan dampak Covid-19, termasuk melalui pelaksanaan G20 Action Plan.
Dukungan fiskal secara keseluruhan negara G20 mencapai sekitar US$ 10 triliun yang difokuskan pada peningkatan sistem kesehatan, perlindungan sosial, peningkatan lapangan kerja, serta dukungan bagi dunia usaha.
Upaya pemulihan ekonomi global harus dilakukan secara merata dan terkoordinasi dengan memfokuskan kebijakan domestik untuk mencapai pemulihan yang aman, meningkatkan kebijakan kolektif G20 dalam pemulihan ekonomi dunia, serta memanfaatkan kesempatan untuk keberlanjutan dan inklusivitas perekonomian masa depan.
“Sampai saat ini masih terdapat ketidakpastian mengenai kapan krisis kesehatan dan krisis ekonomi akibat Covid-19 akan berakhir. Perekonomian global masih mengalami tekanan, dan memberikan peringatan kepada kita semua untuk memberikan respon yang cepat, tepat, dan terkoordinasi. Peran kepemimpinan G20 sangat krusial dalam mendukung pemulihan ekonomi dunia,” ungkap Sri Mulyani.
Negara-negara G20 menyampaikan update tentang kebijakan yang di ambil dalam penanganan Covid-19 dan upaya pemulihan ekonomi. Proses pemulihan ekonomi diharapkan dapat mendukung pertumbuhan ekonomi yang berdaya tahan, berkelanjutan dan inklusif.
Para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 juga menyepakati sejumlah deliverables diantaranya, Enhancing Access to Opportunity melalui dokumen Menu of Policy Options on Enhancing Access to Opportunities for All sebagai panduan bagi negara-negara di dunia dalam memperluas akses bagi vulnerable groups, wanita dan kaum muda untuk merasakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Dalam penyusunan dokumen tersebut Presidensi Arab Saudi memilih tiga kebijakan Indonesia yakni, Program Kartu Indonesia Pintar (KIP), Program Link and Match Pendidikan vokasi, dan program pembiayaan Ultra Mikro (UMi) untuk dimasukkan sebagai studi kasus dalam dokumen tersebut. Sejumlah negara mengapresiasi program UMi Indonesia yang telah mendukung komitmen pemberdayaan perempuan dalam kebijakan ekonomi inklusif.
G20 menyampaikan apresiasi atas keterlibatan negara kreditur melalui implementasi DSSI (Debt Service Suspension Initiative) dalam menangguhkan pembayaran utang negara-negara miskin untuk membantu mereka merespon krisis.
Dalam hal perpajakan internasional, G20 mendorong tercapainya konsensus global dalam penanganan tantangan perpajakan digital, termasuk melakukan review atas implementasi global prinsip-prinsip Base Erosion and Profit Shifting (BEPS).
G20 menyampaikan pentingnya peranan pembangunan infrastruktur dalam percepatan pemulihan ekonomi, termasuk melalui pemanfaatan inovasi teknologi (InfraTech), peningkatan keterlibatan sektor swasta, serta penerapan prinsip investasi infrastruktur berkualitas (Quality Infrastructure Investment Principles).
Prinsip-prinsip QII meliputi life cycle cost, mengintegrasikan kepentingan lingkungan dan sosial, termasuk pemberdayaan ekonomi perempuan, membangun ketahanan terhadap bencana alam dan risiko lainnya, dan memperkuat tata kelola infrastruktur.
Pertemuan para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral G20 dipimpin oleh Menteri Keuangan Arab Saudi, Mohammed Al-Jadaan, dan dihadiri oleh para Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral negara G-20, World Bank dan IMF dan Lembaga Internasional lainnya serta negara undangan. Delegasi RI dalam pertemuan ini dipimpin oleh Menteri Keuangan dan Deputi Gubernur Bank Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News