Reporter: Rahma Anjaeni | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada bulan Maret 2020 mengalami surplus sebesar US$ 743,4 juta.
Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede mengatakan, surplus neraca perdagangan pada Maret 2020 pada dasarnya cukup tinggi, mengingat ada kenaikan total dari volume ekspor dan impor sebesar 6,94% dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Josua memperkirakan, hal ini ditopang oleh mulai pulihnya perekonomian China, terlihat dari naiknya ekspor non-migas ke China sebesar US$ 103,57 juta, maupun kenaikan impor non-migas sebesar US$ 1 miliar.
Baca Juga: Meski neraca dagang surplus, BPS: Waspadai turunnya impor bahan baku dan barang modal
"Pulihnya perekonomian China diperkirakan akan menjaga stabilitas aktivitas perdagangan Indonesia dalam jangka pendek, meskipun pemulihan ini kemudian akan tertutupi oleh kontraksi di negara partner dagang lainnya, seperti AS, Jepang, dan Eropa," ujar Josua kepada Kontan.co.id, Rabu (15/4).
Josua melanjutkan, dengan tingginya surplusnya neraca perdagangan pada kuartal I-2020, maka diperkirakan defisit transaksi berjalan Indonesia akan mengecil. Hal ini juga ditopang dengan penurunan defisit transaksi jasa akibat semakin sedikitnya masyarakat yang keluar negeri akibat Covid-19.
Bahkan Bank Indonesia (BI) memprediksi bahwa defisit transaksi berjalan pada kuartal I-2020 memungkinkan untuk berada pada level di bawah 1,5% produk domestik bruto (PDB).
"Ke depannya, surplus ini kemungkinan akan semakin kecil dan bahkan dimungkinkan terjadinya defisit lagi, terutama apabila harga komoditas global tidak juga kembali pulih dalam waktu dekat," paparnya.
Kata Josua, defisit neraca perdagangan di tahun 2020 diperkirakan akan menyusut dibandingkan dengan defisit perdagangan pada tahun 2019 yang tercatat sebesar US$ 3,23 miliar.
Ia memproyeksikan, penurunan defisit perdagangan yang berlanjut pada tahun ini didorong oleh penurunan impor yang lebih besar dibandingkan penurunan ekspor.
Penurunan impor, terutama impor bahan baku dan barang model, yang selanjutnya berimplikasi pada penurunan defisit transaksi berjalan, mengindikasikan bahwa kegiatan investasi cenderung melambat akibat penurunan aktivitas global terindikasi dari penurunan aktivitas manufaktur global.
Baca Juga: Hingga akhir tahun, neraca perdagangan diproyeksi bisa surplus hingga US$ 6 miliar
"Meskipun impor barang konsumsi belum menunjukkan penurunan yang signifikan, tetapi dampak dari Covid-19 diperkirakan akan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat pada kuartal II dan kuartal III-2020. Impor barang konsumsi pun diperkirakan akan mengikuti laju penurunan impor barang modal dan bahan baku," kata Josua.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News