kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Pemerintah tepis kekhawatiran terjadinya deindustrialisasi


Senin, 15 April 2019 / 17:18 WIB
Pemerintah tepis kekhawatiran terjadinya deindustrialisasi


Reporter: Grace Olivia | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Sumbangan industri pengolahan atau manufaktur terhadapĀ produk domestik bruto (PDB) Indonesia terus menyusut. Kemudian, pertumbuhan sektor manufaktur dari tahun ke tahun juga selalu di bawah pertumbuhan ekonomi nasional. Kondisi tersebut menimbulkan kekhawatiran bahwa Indonesia sedang mengalami deindustrialisasi.

Namun kekhawatiran tersebut ditepis pemerintah. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, industri pengolahan Indonesia sejatinya sudah berhasil pulih secara perlahan sejak masa krisis ekonomi tahun 1998-1999. Namun, untuk kembali meningkatkan porsi manufaktur hingga 30% terhadap produk domestik bruto (PDB) bukan perkara mudah.

"Kita juga ada industri pariwisata, digital, dan sebagainya yang masuk dan berkembang lebih cepat. Peranan langsung dari manufaktur mungkin masih tidak besar, tapi karena memang negara kita sumberdaya-nya juga masih lebih besar di jasa," kata Darmin saat ditemui usai menghadiri Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Senin (15/4).

Selain itu, Darmin juga menegaskan bahwa pemerintah selama ini fokus mengerjakan transformasi perekonomian. Yang utama ialah membangun infrastruktur fisik seperti jalan, rel kereta, pelabuhan dan bandara udara, serta infrastruktur pendukungnya yaitu listrik dan infrastruktur digital.

Pembangunan infrastruktur tersebut, ungkapnya, merupakan bagian dari strategi pemerintah melahirkan kegiatan-kegiatan industri baru, maupun meningkatkan kegiatan industri yang sudah ada sebelumnya.

"Transformasi yang kita rancang saat ini pendekatannya bukan demand side, tapi supply side. Jadi bukan sektornya yang didorong-dorong, tapi kita siapkan pilarnya dulu yang relevan yaitu infrastruktur dan sumber daya manusia (SDM)," tutur Darmin.

Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto juga membantah Indonesia mengalami deindustrialisasi. Justru, posisi industri Indonesia saat ini cukup bersaing dengan negara-negara lain, dilihat dari kontribusinya terhadap PDB yang menjadi terbesar kelima setelah China, Korea, Jepang, dan Jerman di jajaran negara G-20.

"Kalau pengamat-pengamat di luar sana katakan kontribusi industri pengolahan dulu 30% di tahun 1998, itu karena PDB saat itu juga masih US$ 95 miliar. Sekarang PDB kita sudah sepuluh kali lipat menjadi US$ 1 triliun," kata Airlangga dalam kesempatan yang sama.

Ia juga menjelaskan, saat ini sektor manufaktur masih menjadi penyumbang pertumbuhan ekonomi, penerimaan pajak, serta eksportir terbesar dalam perekonomian nasional.
"Produk-produknya lahir dari anak-anak Indonesia mulai dari gerbong kereta api, stainless steel, kendaraan roda empat dan roda dua, kertas, perhiasan, furnitur, dan ini dikenal dan diakui oleh pasar dunia," tandas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×