kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Jusuf Kalla: Tidak benar Indonesia alami deindustrialisasi


Senin, 15 April 2019 / 13:00 WIB
Jusuf Kalla: Tidak benar Indonesia alami deindustrialisasi


Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Isu deindustrialisasi mencuat ke permukaan. Hal itu lantaran calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto pada Debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang terakhir, Sabtu (13/4) lalu, mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi.

Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan tersebut. Menurutnya, deindustrialisasi di Indonesia tidak terbukti. "Berdasarkan angka-angka yang ada, itu (deindustrialisasi) tidak benar. Perindustrian tetap menjadi sektor yang tertinggi dalam PDB kita," ujar Kalla saat menghadiri Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Senin (15/4).

Pada periode 2014-2017, Kalla menyebut, rata-rata kontribusi sektor perindustrian terhadap PDB mencapai 21,3%. Perindustrian mengambil menyumbang porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini.

"Artinya, perindustrian tetap sektor tertinggi dalam pendapatan nasional. Sektor industri tetap berkembang dan tidak akan terjadi deindustrialisasi dalam kemajuan seperti itu," lanjutnya.

Jusuf Kala meyakini, sektor perindustrian bertambah maju. Apalagi, di tengah semangat Indonesia menyongsong Revolusi Industri 4.0. "Sekarang bahan utama revolusi industri adalah data. Karena itulah, sekarang ini bagaimana caranya kita punya kekuatan dalam big data sehingga dapat menaklukkan persaingan," tandasnya.

Sebelumnya, Prabowo menyatakan Indonesia mengalami deindustrialisasi akibat sulit memproduksi dan lebih banyak mengimpor barang-barang dari negara lain. Ia juga menilai pemerintah tak memiliki solusi dan strategi untuk mengatasi permasalahan industri ini. "Indonesia tidak memproduksi apa-apa, kita menerima barang produksi dari bangsa lain," ungkap Prabowo pada Sabtu malam lalu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×