Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - TANGERANG SELATAN. Isu deindustrialisasi mencuat ke permukaan. Hal itu lantaran calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto pada Debat Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden yang terakhir, Sabtu (13/4) lalu, mengatakan saat ini Indonesia tengah mengalami deindustrialisasi.
Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan tersebut. Menurutnya, deindustrialisasi di Indonesia tidak terbukti. "Berdasarkan angka-angka yang ada, itu (deindustrialisasi) tidak benar. Perindustrian tetap menjadi sektor yang tertinggi dalam PDB kita," ujar Kalla saat menghadiri Indonesia Industrial Summit 2019 di ICE BSD, Senin (15/4).
Pada periode 2014-2017, Kalla menyebut, rata-rata kontribusi sektor perindustrian terhadap PDB mencapai 21,3%. Perindustrian mengambil menyumbang porsi terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia selama ini.
"Artinya, perindustrian tetap sektor tertinggi dalam pendapatan nasional. Sektor industri tetap berkembang dan tidak akan terjadi deindustrialisasi dalam kemajuan seperti itu," lanjutnya.
Jusuf Kala meyakini, sektor perindustrian bertambah maju. Apalagi, di tengah semangat Indonesia menyongsong Revolusi Industri 4.0. "Sekarang bahan utama revolusi industri adalah data. Karena itulah, sekarang ini bagaimana caranya kita punya kekuatan dalam big data sehingga dapat menaklukkan persaingan," tandasnya.
Sebelumnya, Prabowo menyatakan Indonesia mengalami deindustrialisasi akibat sulit memproduksi dan lebih banyak mengimpor barang-barang dari negara lain. Ia juga menilai pemerintah tak memiliki solusi dan strategi untuk mengatasi permasalahan industri ini. "Indonesia tidak memproduksi apa-apa, kita menerima barang produksi dari bangsa lain," ungkap Prabowo pada Sabtu malam lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News