Reporter: Uji Agung Santosa |
JAKARTA. Pemerintah akan menggunakan dana pinjaman siaga (stanby loan) sebesar Rp 36,1 triliun dari total dana sebesar US$ 5 milliar atau sebesar Rp 50 triliun untuk menutup defisit APBN 2009 yang membengkak. Pemerintah sepertinya sudah menganggap kondisi saat ini tidak memungkinkan untuk mengeluarkan obligasi lebih besar.
Direktur Jendral Pengelolaan Utang Departemen Keuangan (Depkeu) Rahmat Waluyanto mengatakan stanby loan merupakan pinjaman siaga bersifat contingency atau bersyarat jika penerbitan obligasi tidak dimungkinkan. "Kalau market kondisinya baik dan memungkinkan melalui
pasar bisa saja melalui obligasi," kata Rahmat di Jakarta, Rabu (14/1).
Pernyataan itu dikuatkan oleh Kepala Badan Kebijakan Fiskal Depkeu Anggito Abimanyu. Ia mengatakan, pemerintah telah menetapkan peningkatan defisit APBN 2009 dari 1% menjadi 2,5% dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) atau sekitar Rp 132 triliun.
Dengan peningkatan defisit itu maka ada kekurangan sekitar Rp 80 triliun yang bakal ditambal dari dana sisa (Silpa) APBN 2008 sebesar Rp 50 triliun dan sebesar Rp 30 triliun dari tambahan utang luar negeri.
"Pemerintah harus ekspansif sehingga perlu cari utang untuk memberikan stimulus kepada perekonomian. Kecuali kalau perbankan mau memberikan kredit secara besar," kata Anggito dalam Seminar Outlook Ekonomi Perbankan dan Properti di Jakarta.
Ia menambahkan, pemerintah akan meminta kepada lembaga donor baik bilateral maupun multilateral untuk menyediakan pinjaman tersebut. Dengan penambahan utang itu maka kemampuan bayar utang Indonesia juga akan mengurangi penurunan dari 33% menjadi 37%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News