Pemerintah Targetkan Investasi Jadi Penggerak Pertumbuhan Ekonomi melalui Danantara

Rabu, 05 November 2025 / 13:39 WIB

ILUSTRASI. Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu.

Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah menegaskan investasi ditargetkan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi, melalui peran Danantara, yang akan menjadi penggerak pertumbuhan investasi.

Direktur Jenderal Strategi Ekonomi dan Fiskal (DJSEF) Kementerian Keuangan, Febrio Nathan Kacaribu, mengatakan selama ini investasi di Indonesia didominasi oleh sektor swasta, dan menjadi motor utama penggerak pertumbuhan ekonomi nasional. Sementara sisanya disumbang dari belanja modal (capital expenditure/Capex) BUMN serta belanja pemerintah melalui APBN.

“Dari sisi Capex BUMN setidaknya berkontribusi sekitar 5%–6% (terhadap PDB) tiap tahunnya. Tahun 2025, estimasi Capex BUMN mencapai Rp 380 triliun, sementara Capex dari APBN sekitar Rp 490 triliun,” ujar Febrio saat ditemui Kontan di acara InvestorTrust Economic Outlook di Jakarta, Rabu (5/11/2025).

Menurut Febrio, pemerintah ingin memperkuat kontribusi BUMN terhadap investasi nasional. Melalui holding investasi Danantara yang diiniasiasi oleh Presiden Prabowo Subianto, BUMN diharapkan mampu menjadi katalis bagi peningkatan investasi bernilai tinggi (high value investment).

“Danantara akan memainkan peran besar dalam mendorong investasi strategis. Target Capex BUMN dalam konsolidasi Danantara bahkan dinaikkan dua kali lipat pada 2026 agar bisa menjadi driver pertumbuhan ekonomi yang kuat,” jelasnya.

Beberapa sektor yang akan menjadi fokus investasi antara lain hilirisasi sumber daya alam, infrastruktur, manufaktur bernilai tambah tinggi, dan ekonomi digital. Pemerintah juga telah menempatkan dana sekitar Rp 200 triliun di sektor perbankan, terutama di Himbara dan BSI, untuk memperkuat pembiayaan investasi.

Selain itu, pemerintah membentuk satuan tugas percepatan program strategis yang dipimpin Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk mempercepat proses deregulasi dan mengatasi hambatan (debottlenecking) investasi.

Febrio menegaskan, meski peran BUMN akan diperkuat, porsi investasi swasta tetap menjadi yang terbesar dalam struktur perekonomian.

“Yang berbeda di era Presiden Prabowo, beliau ingin melihat BUMN kita jauh lebih optimal. Tapi pada akhirnya, investasi swasta tetap akan menjadi dominan,” tuturnya.

Ia optimistis dengan sinergi yang lebih kuat antara pemerintah, BUMN, dan swasta, iklim investasi Indonesia akan semakin membaik. Pertumbuhan investasi diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan ekononomi ke target 5,2% tahun ini, dan mendorong pertumbuhan ke kisaran 5,6%–5,8% pada 2026.

“Selama ini ekonomi kita banyak disokong oleh konsumsi. Kita ingin porsi (investasi) 30% nan itu ke depan harusnya meningkat dengan peran dari investasi yang semakin tinggi dan value add-nya juga lebih tinggi,” kata Febrio.

Ia bilang dengan semaikin tingginya nilai tambah yang dihasilkan dari sisi investasi, diharapkan bisa menciptakan lapangan kerja agar bonus demografi dapat lebih produktif, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan mengurangi tingkat pengangguran.