Reporter: Uji Agung Santosa | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pada Senin (13/10) hari ini, pemerintah akan mengajukan usulan perubahan asumsi ekonomi makro dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2009. Namun, pemerintah menilai, perubahan paling penting adalah perubahan strategi pembiayaan anggaran tahun depan.
Dalam pembahasan itu, pemerintah akan mengungkapkan perubahan strategi pembiayaan dari utang pasar ke non-pasar, dalam bentuk rupiah maupun dolar Amerika Serikat (AS). "Kami mengubah pembiayaan karena menyesuaikan dengan perkembangan," kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Departemen Keuangan Anggito Abimanyu, kemarin.
Nantinya, pemerintah berniat membuat struktur pembiayaan yang berasal dari pembiayaan lanjutan (carry over) tahun 2008. Sebab defisit pada APBN Perubahan 2008 diperkirakan di bawah target defisit yang sebesar 1,7% dari PDB.
Kebijakan lainnya, pemerintah tidak akan menggelontorkan dana untuk Perusahaan Pengelola Aset sebesar Rp 1,8 triliun dan menarik dana dari penghematan anggaran selama 2008. "Kami tarik ke tahun depan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan yang seharusnya kami tarik dari pembiayaan SUN dari pasar," kata Anggito.
Namun, seberapa besar pembiayaannya, Anggito masih tutup mulut. Yang pasti, jumlah pembiayaan dari surat utang global (global bond) akan turun drastis dari rencana semula.
Dalam RAPBN 2009, sebelumnya, pemerintah sudah merencanakan pembiayaan dari global bond sebesar Rp 36 triliun dan dari penerbitan Surat Berharga Negara dalam negeri netto sebesar Rp 58,3 triliun.
Pemerintah memprediksi, suplai dana di pasar keuangan akan minim hingga akhir tahun depan. Sebab, seluruh negara dan pasar akan berkonsentrasi memulihkan krisis keuangan. "Kalau pun ada, biayanya sangat mahal," kata Anggito.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News