Reporter: Martina Prianti | Editor: Test Test
JAKARTA. Rencananya, besok Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bakal menyampaikan pidato kenegaraan sebagai pengantar Nota Keuangan, Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) tahun depan.
Berbeda dengan pidato kenegaraan tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, jadwal penyampaian pidato kenegaraan menjelang Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1945 kali ini lebih cepat satu hari. Pasalnya, pidato kenegaraan biasanya disampaikan pada tanggal 16 Agustus, tapi tanggal 16 Agustus pada tahun ini jatuh pada hari Sabtu.
Nah pada pidato kenegaraan kali ini, Presiden akan memaparkan rencana kerja pemerintah 2009. Yakni mengenai gambaran umum kebijakan dan kinerja yang ingin dicapai pada tahun depan. Satu di antaranya mengenai gambaran asumsi makro di nota keuangan 2009. Sumber KONTAN membisikkan, inflasi dipatok 6,5% atau lebih tinggi dibanding asumsi inflasi dalam APBN 2008 yang hanya 6%. Untuk nilai tukar, ditetapkan Rp 9.100 lalu suku bunga 8,5%, harga minyak US$ 130 per barel dengan tingkat produksi minyak (lifting) 950.000 barel per hari.
Menanggapi cukup tingginya harga minyak yang dipatok pemerintah, Wakil Ketua Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat Harry Azhar Azis mengatakan, asumsi tersebut jauh lebih tinggi dibanding yang disampaikan pemerintah dalam pembicaraan tahap awal penyampaian RAPBN 2009. "Kalau US$ 130 per barel, saya kira itu terlalu tinggi bila dilihat dari kecenderungan turunnya harga minyak. Kalaupun sebagai langkah antisipasi, cukup US$ 110 sampai US$ 120 per barel," ucap Harry, Kamis (14/8). Asumsi harga minyak dalam APBN 2008 sendiri USD$ 60 per barel, lalu dinaikkan menjadi US$ 95 per barel .
Hal lain yang menarik, berbeda dengan kepercayaan diri pemerintah tahun lalu yang mengumumkan target pertumbuhan ekonomi tahun 2008 sebesar 6,8%, target pertumbuhan ekonomi tahun 2009 hanya ditetapkan 6,2%. "Bila pemerintah sampai menetapkan target pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibanding tahun ini, itu mungkin karena pemerintah ingin lebih berhati-hati. Artinya, menargetkan yang semaksimal mungkin bisa dilaksanakan," kata Harry.
Sekadar mengingatkan, pada tahun ini pemerintah telah menurunkan target pertumbuhan ekonomi dari 6,8% di dalam APBN 2008 menjadi 6,4% di dalam APBNP. Mengenai lebih rendahnya target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan, Sekretaris Menteri Negara Percepatan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Syahrial Loetan mengatakan, hal itu untuk menyesuaikan dengan situasi global yang kurang kondusif. "Jadi kami memperkirakan, pastilah investasi, ekspor, dan konsumsi berkurang dan ini berujung kepada tingkat pertumbuhan," kata Syahrial kepada KONTAN.
Selain soal tingkat pertumbuhan ekonomi, ada hal menarik lagi yang bakal diumumkan Presiden. Pemerintah menambahkan variabel asumsi dasar APBN, yakni lifting gas yang produksinya ditargetkan 12,470 dalam satuan mmscfd dan produksi batubara sebesar 230 juta ton. Selama ini, lifting gas dan produksi batubara dikonversikan dalam penghitungan lifting minyak.
Menurut Harry, dengan dimasukkannya lifting gas dan produksi batubara maka perhitungan penerimaan negara yang bersumber baik dari pembayaran royalti dan impor atas kedua komoditas tersebut bakal bisa lebih terpantau. "Apa yang dipaparkan, akan menunjukkan kekuatan prediksi pemerintah dan hal itu bisa dijadikan ukuran dalam mengukur kinerja pemerintah," ujarnya.
Sementara itu mengenai kemiskinan, sumber KONTAN mengatakan, pemerintah menargetkan pada tahun ini kemiskinan 12% hingga 14%. Untuk pengangguran, dipatok paling tinggi 7% hingga 8%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News