Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Pemerintah telah menyiapkan alternatif strategi dalam rangka mengantisipasi kondisi pasar keuangan Indonesia yang tak menentu saat ini. Melalui surat berharga negara, pemerintah siap mengaktifkan kerangka stabilisasi utang atau bond stabilization framework (BSF).
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menyatakan, bersama dengan Bank Indonesia, pemerintah akan fokus pada pasar valuta asing dan surat utang negara (SBN). Untuk SBN, selain melihat kemampuan pembelian kembali, pemerintah juga memiliki mekanisme SBF.
"Kami sudah punya bond stabilitation framework dan sudah disiapkan kalau diperlukan," kata Bambang di DPR, Selasa (25/8). Sedangkan BI, akan melakukan operasi pasar, terutama untuk penguatan nilai tukar.
Sebelumnya, pemerintah menyiapkan dana buyback surat utang yang tidak likuid sebesar Rp 3 triliun. Pemerintah sudah menggunakan Rp 1,4 triliun lewat tiga kali buyback.
Rinciannya, pada 12 Agustus dengan pembelian surat utang sebesar Rp 401,29 miliar, pada 21 Agustus sebesar Rp 500 miliar, dan pada 24 Agustus sebesar Rp 500 miliar.
Sementara itu, hingga saat ini pemerintah belum pernah menggunakan dana BSF lantaran pasar obligasi negara setelah penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) masih berjalan normal dan tidak ada arus dana keluar yang membahayakan. Sayangnya, Bambang masih enggan menjelaskan kondisi seperti apa yang mengharuskan pemerintah menggunakan dana BSF tersebut.
"Yang penting kita jangan panik, jangan bereaksi berlebihan. Yang penting jaga semua indikator penting. Tentunya BI dengan tugasnya dan pemerintah jaga SBN. Pemerintah dan otoritas hadir di pasar," tukas Bambang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News