kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah pilih berhemat ketimbang tambah kuota BBM subsidi


Selasa, 03 Mei 2011 / 18:56 WIB
Pemerintah pilih berhemat ketimbang tambah kuota BBM subsidi
ILUSTRASI. Petugas memperhatikan pergerakan harga surat berharga pada layar digital di Jakarta. KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Reporter: Hans Henricus | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Pemerintah lebih menghendaki penghematan bahan bakar minyak bersubsidi (BBM bersubsidi) ketimbang menambah kuotanya. Padahal, lonjakan harga pertamax hingga Rp 9.050 per liter bisa memicu semakin banyak masyarakat beralih ke premium.

Alhasil, jatah pemakaian BBM bersubsidi sebesar 38,6 juta kiloliter selama tahun 2011 bakal terlampaui. Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa juga mengakui bisa terjadi migrasi ke premium lantaran harga pertamax meningkat.

Tapi, kata Hatta, tugas pemerintah menjaga kuota BBM bersubsidi yang merupakan komitmen dalam undang-undang APBN 2011. Apalagi, mengubah kuota BBM bersubsidi berarti harus mengadakan APBN perubahan dan membahasnya bersama DPR. Menurutnya, sampai saat ini belum ada pembicaraan dengan DPR tentang APBN perubahan.

"Jadi, menurut saya lebih bagus kita untuk disiplin, masa masyarakat kita tidak bisa disiplin," ujarnya di kantor Presiden,Selasa (3/5).

Sebagai informasi, alokasi subsidi energi dalam APBN 2011 mencapai Rp 136,614 triliun. Perinciannya, subsidi BBM sebesar Rp 95,914 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp 40,700 triliun.

Hatta menjelaskan, pada 2010 lalu, pemerintah menambah kuota BBM bersubsidi dari 36,4 juta kiloliter menjadi 38 juta kiloliter. Namun, perubahan kuota itu tidak membebani anggaran.

Pasalnya, Hatta bilang, saat itu rata-rata Indonesia Crude Price (ICP) di bawah US$ 80 per barel, dan nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat. Tapi, saat ini penguatan nilai tukar rupiah berbarengan dengan semakin tingginya harga minyak mentah dunia yang mendorong naik harga ICP. "Makanya, yang sudah menggunakan pertamax jangan pindah ke premium, karena dananya untuk masyarakat yang lemah," imbau mantan Menteri Perhubungan itu.

Dia menambahkan, memang telah terjadi peningkatan konsumsi BBM bersubsidi pada kuartal pertama 2011. Sayang, Hatta mengaku lupa berapa persis kenaikannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×