Reporter: Asep Munazat Zatnika | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Pemerintah masih menunggu laporan dari tim bersama, untuk mengawal pergerakan harga beras. Tim itu bertugas untuk mencari tahu, penyebab tingginya harga beras, meskipun saat ini sudah masuk di musim panen.
Menurut menteri koordinator bidang perekonomian Sofyan Djalil, salah satu kemungkinannya adalah produksi yang rendah atau serapan dari petani yang minim. Nah, kalau terbukti hal itu mengakibatkan minimnya pasokan beras pemerintah siap mengimpor beras.
Supaya permintaan pasar bisa terpenuhi dan harga besar bisa kembali stabil. "Nanti, bulan Juni-Juli akan diputuskan," ujar Sofyan, Rabu (6/5) di Istana Negara, Jakarta.
Pemerintah berharap harga beras bisa kembali stabil dan ingin memastikan pasokan cukup. Apalagi, menjelang bulan puasa yang biasanya permintaan akan kebutuhan pokok lebih tinggi dari bulan-bulan sebelumnya.
Asumsinya, cadangan persediaan beras itu harus memenuhi kebutuhan hingga tujuh bulan ke depan. Termasuk diantaranya beras untuk masyarakat miskin dan untuk operasi pasar.
Selain harga beras, pemerintah juga akan memperhatikan pergerakan harga komoditas lainnya menjelang puasa. Saat ini pemerintah akan menyelesaikan pembahasan Rancangan Peraturan Presiden (Perpres) harga bahan pokok.
Keberadaan Rancangan Perpres saat ini masih berada di tangan Sekretaris Kabinet (Seskab) Andi Widjajanto untuk difinalkan. Menurut Andi, rancangan Perpres tersebut masih belum selesai dibahas.
Dan dalam waktu yang tak lama lagi akan segera diselesaikan, lalu diserahkan kepada Presiden Joko Widodo. "Tunggu saja sampai Perpres-nya selesai," ujar Andi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News