kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Pemerintah perlu lakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka


Jumat, 24 September 2021 / 09:00 WIB
Pemerintah perlu lakukan evaluasi pelaksanaan pembelajaran tatap muka


Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman berpendapat pemerintah perlu melakukan evaluasi mengenai pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) Terbatas.

Ia mengemukakan alasan bahwa kasus yang ditemui, walau kasus penularan anak secara global sangat kecil, tetapi anak dapat tertular Covid-19 akibat keberadaan orang dewasa di sekitarnya. Terlebih bagi orang dewasa yang tidak divaksin dan tidak konsisten memakai masker.

"Kasus anak berada di sekolah bisa tertular saat mereka lalai memakai masker, kuota yang berlebihan, ruangan yang minim ventilasi, dan tidak melaksanakan protokol 5M, serta akibat orang dewasa yang tidak divaksin, tidak konsisten pakai masker dan tidak laksanakan 5M. Maka hal ini yang perlu diperhatikan," jelasnya saat dihubungi oleh Kontan, Kamis (23/9).

Baca Juga: Jokowi: Pelajar yang sudah divaksin Covid-19 bisa kembali lakukan PTM

Ia melanjutkan, kasus penularan Covid-19 oleh anak secara global juga dinilai rendah dan tidak ada fatalitas. Hal ini diartikan, anak yang tertular tidak mengalami kematian, masuk intensive care unit (ICU), sedangkan mereka yang masuk rumah sakit berada di bawah 2%.

Namun, tegas Dicky, angka penularan anak saat ini sedang melonjak lima kali lipat di Amerika Serikat sejak hadirnya varian Delta.

Dengan demikian, Dicky kembali menyarankan kepada pemerintah untuk segera lakukan evaluasi dan secara bersamaan terus memperketat protokol kesehatan di sekolah baik bagi anak, guru-guru dan pegawai sekolah dalam pelaksanaan PTM.

Di sisi lain, Dicky juga mengapresiasi langkah lembaga Pendidikan Nasional (Diknas) yang dinilainya telah menyiapkan mitigasi dan bersikap transparan menampilkan data.

Sebelumnya, Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Menengah (Paud Dikdasmen) Kemendikbudristek, Jumeri mengungkapkan bahwa sudah ada 1.296 sekolah yang melaporkan klaster Covid-19 saat PTM Terbatas, total ada 11.615 siswa positif Covid-19.

Data ini didapatkan dari 46.500 sekolah yang sudah melakukan PTM Terbatas per tanggal 20 September 2021.

Baca Juga: PR Jelang Pembelajaran Tatap Muka

Dia merinci jumlah klaster Covid-19 paling banyak ada di Sekolah Dasar (SD) sebanyak 581 sekolah, lalu di sekolah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sebanyak 525 sekolah, dan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 241 sekolah.

Sementara di Sekolah Menengah Atas (SMA) ada 170 sekolah, di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ada 70 sekolah, dan di Sekolah Luar Biasa (SLB) ada sebanyak 13 sekolah.

Di sisi lain, Juru Bicara Kementerian Kesehatan dr. Siti Nadia Tarmizi pelaksanaan PTM ini menjadi pelajaran bersama. Dia mengatakan pihaknya tentu memastikan prokes yang sangat ketat dari pihak sekolah dan juga pihak orang tua murid.

"Ini tentunya menjadi pembelajaran bersama untuk meminimalisir kluster-kluster ini. Dalam PTM, kita harus mengacu kepada SKB 4 menteri dan sekolah yang akan PTM harus diverifikasi dulu oleh satgas, baru boleh beroperasi," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×