kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah percepat penerbitan Green Bond


Selasa, 06 Februari 2018 / 08:19 WIB
Pemerintah percepat penerbitan Green Bond
ILUSTRASI. MoU Pengembangan Pembiayaan Infrastruktur Berwawasan Lingkungan


Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Untuk merealisasikan rencana penerbitan Greeen Bond, pemerintah memfasilitasi nota kesepahaman kerjasama antara PT Efek Beragun Aset (EBA) dan Climate Bonds Initiative (CBI) Senin (5/2). Instrumen investasi berbasis proyek ramah lingkungan ini diharapkan menjadi alternatif bagi pemerintah menambah pendanaan infrastruktur.

Chief Executive Officer (CEO) Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) Center Eko Putro menjelaskan, instrumen Green Bonds sudah banyak dimanfaatkan negara lain dalam mengembangkan proyek infrastruktur, seperti proyek kereta api dan bandara.

Untuk Indonesia, ada tiga proyek potensial yang bisa menggunakan instrumen Green Bonds. Proyek itu adalah Bandara Kertajati Jawa Barat, Pelabuhan New Tanjung Priok Jakarta, dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatiluhur di Jawa Barat.

Eko mengaku masih belum mengetahui potensi dana dari ketiga proyek tersebut. Sebab pihaknya masih perlu melakukan kajian keuangan dari masing-masing perusahaan pengelola proyek, seperti PT Angkasa Pura II dan PT Pelindo II. "Kami akan petakan dulu, akan dilakukan pendekatan Business to Business," katanya, Senin (5/2).

CEO Climate Bonds Initiative (CBI) Sean Kidney menerangkan, berdasarkan data CBI, pertumbuhan instrumen Green Bonds di 2017 mencapai 78%. Lebih dari 1.500 Green Bonds telah diterbitkan di 37 negara dengan nilai US$ 155,5 miliar.

Menurutnya Indonesia mempunyai potensi menerbitkan Green Bonds hingga US$ 300 miliar hingga tahun depan. Namun untuk itu Indonesia masih butuh harmonisasi dan standardisasi dari sejumlah pemangku kepentingan. "Setiap Green Bonds mempunyai market yang sukses, ini yang akan kita lakukan di Indonesia," ungkapnya.

Eko menambahkan, Green Bond adalah bagian dari upaya pemerintah menjadikan skema pembiayaan infrastruktur non APBN sebagai andalan. Menurut Eko selain dengan Green Bond, ada sejumlah proyek lain yang ditargetkan menggunakan PINA pada kuartal I-2018.

Proyek itu adalah 18 ruas tol yang dikerjakan oleh PT Waskita Toll Road, anak usaha PT Waskita Karya, terdiri 15 ruas tol di Pulau Jawa dan tiga tol di Sumatera.

Menurut Eko, sebelumnya Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) hanya menargetkan PINA untuk 15 ruas jalan tol, namun pemerintah mendorong PINA ke proyek Waskita Toll Road lain. Tiga tambahan ruas tol yang akan menggunakan skema PINA adalah ruas Medan–Kualanamu–Tebing Tinggi 61,8 kilometer (km), Kayu Agung–Palembang–Betung 111,7 km, dan Kuala Tanjung–Tebing Tinggi–Parapat 143 km.

Jika sebelumnya proyek ini mendapatkan suntikan Rp 3,5 triliun dari PT Sarana Multi Infrastruktur dan PT Taspen. Eko bilang, investor asing akan masuk dengan nilai investasi US$ 500 juta. "Yang kami dorong ini perusahaan yang sudah joint venture dengan perusahaan Indonesia. Investornya dari China, yaitu Huatsing," jelas Eko.

Proyek yang akan menggunakan skema PINA di kuartal I-2018 ialah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Meulaboh 2x200 Megawatt (MW) yang digarap oleh PT PP Energi. Proyek senilai US$ 540 juta atau Rp 7,5 triliun ini, menurut Eko, akan segera dikerjasamakan dengan investor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×