Reporter: Ramadhani Prihatini | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah kembali melirik peluang instrumen investasi untuk menambah pendanaan pembangunan infrastruktur di Tanah Air. Upaya tersebut dilakukan salah satunya dengan memfasilitasi penandatanganan nota kesepahaman kerjasama green bond antara PT. Efek Beragun Aset (EBA), Climate Bonds Iniatitive (CBI).
CEO PINA Center, Eko Putro menjelaskan nota kesepahaman tersebut merupakan upaya untuk mendukung pertumbuhan investasi dan pembangunan infrastruktur dengan aspek berkelanjutan lingkungan. Ia bilang instrumen green bond telah banyak dimanfaatkan negara lain dalam mengembangkan proyek infrastruktur. Seperti pada pembangunan infrastruktur keret api dan bandar udara.
Dalam waktu dekat, PINA mengkaji ada tiga proyek potensial yang bisa menggunakan instrumen obligasi ini, yakni bandara Kertajati, pelabuhan New Tanjung Priok dan PLTA Jatiluhur. Namun Eko belum bisa menjelaskan potensi dana yang bisa digarap dari instrumen ini untuk ketiga proyek tersebut. Lantaran masih perlu proses pengkajian finansial dari masing-masing perusahaan pengelola proyek itu, seperti PT. Angkasa Pura II dan PT. Pelindo II.
"Kita akan petakan dulu, akan dilakukan pendekatan B2B (business to business)," kata Eko, Senin (5/2).
CEO Climate Bonds Iniatitive (CBI), Sean Kidney menjelaskan berdasarkan data CBI, pertumbuhan instrumen green bond di tahun 2017 mencapai 78%. Lebih dari 1.500 green bond telah diterbitkan pada 37 negara dengan nilai US$ 155, 5 miliar. Ia bilang Indonesia mempunyai potensi untuk menerbitkan green bond hingga US$ 300 miliar hingga di tahun depan. Tapi Indonesia masih butuh harmonisasi dan standarisasi dari sejumlah pemangku kepentingan.
"Setiap green bond mempunyai market yang sukses, ini yang akan kita lakukan di Indonesia," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News