kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Pemerintah Harus Berani Mengurangi Volume Ekspor Tangguh


Jumat, 05 September 2008 / 20:34 WIB


Reporter: Andrie Indradi | Editor: Test Test

Negosiasi harga gas Tangguh dengan China memang tidak mudah. Buktinya, pada 2006 lalu, saat pemerintah juga menegosiasi ulang harga gas dari semula US$ 2,4 per MMBTU, Pemerintah China hanya mau menaikkan sedikit, yakni menjadi US$ 3,4 per MMBTU.

Dari pengalaman ini, tak heran banyak yang skeptis ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla akan menegosiasi ulang harga jual gas Tangguh ke China. Mereka yang skeptis itu menyatakan, Indonesia tidak akan mencapai harga yang memuaskan. Berdasarkan harga pasar internasional dan perbandingan harga jual LNG Bontang ke Jepang, harga yang wajar untuk LNG saat ini di kisaran antara US$ 15 hingga US$ 20 per MMBTU.

Nah, ada usulan menarik dari BP Migas bila Indonesia gagal menegosiasi ulang harga gas Tangguh tersebut. "Kurangi saja volumenya," kata anggota Komite BPH Migas Triyono. Triyono mengusulkan volumenya berkurang dari 2,5 juta ton per tahun menjadi 1,5 juta per tahun. "Sejuta ton itu untuk memasok gas di dalam negeri yang sekarang lagi krisis," kata Triyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×