kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Tim Tangguh Lama Bubar, Muncul Tim baru


Selasa, 26 Agustus 2008 / 20:34 WIB
Tim Tangguh Lama Bubar, Muncul Tim baru


Reporter: Aprillia Ika,Martina Prianti | Editor: Test Test

JAKARTA. Pemerintah telah membubarkan tim yang pernah bertugas menyusun negosiasi ekspor gas alam cair atau LNG   dari blok Tangguh (Papua) ke China. Kini pemerintah membentuk tim baru menggantikan tim negosiator lama. 

Tim tersebut merupakan bentukan kantor Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Purnomo Yusgiantoro. "Sampai hari ini belum ada Surat Keputusan," kata  Direktur Jenderal Migas Departemen ESDM Evita Legowo, kemarin (26/8).

Menurut Evita, tim negosiator baru terdiri dari wakil dari Badan Pelaksana Usaha Hulu Migas (BP Migas).  Terbentuknya tim baru tersebut, otomatis tim renegosiasi yang lama telah dibubarkan.

Tim yang lama antara lain mantan Kepala BP Migas Kardaya Warnika. Namun Kardaya belum memberikan konfirmasi tentang statusnya. Yang pasti, salah satu tim baru adalah Deputi Keuangan Ekonomi dan Pemasaran  BP Migas Djoko Harsono. "Begitu kabarnya, saya katanya masuk dalam tim baru," kata Djoko kepada KONTAN.

Namun, menurut Evita, tugas  penting tim baru ini sebatas membujuk China. Pasalnya hingga kini belum ada kejelasan pemerintah China mau menegosiasi ulang kontrak harga gas atau tidak. "Tujuan utama tim baru ini adalah agar pemerintah China mau bernegosiasi dulu," lanjut Evita.

Jika tim ini berhasil meyakinkan China, kata Evita itu sudah tergolong bagus. Sebab aturan main untuk mengubah kontrak setelah berselang empat tahun. Sementara negosiasi terakhir dengan China tahun 2006, atau baru dua tahun lalu. Seharusnya paling cepat negosiasi terjadi tahun 2010 nanti.

Tak heran jika tim ini terlihat berat dalam menegosiasi. Misalnya tentang harga jual baru. "Harga jual bisa naik sedikit," kata Evita. Padahal sebelumnya, Evita mengungkapkan harga yang pantas saat ini adalah US$ 10 per MMBTU.

Tim berencana akan mengajukan harga baru berdasarkan lokasi proyek. Dasarnya, lokasi sumber gas, pengiriman, dan biaya angkut gas. "Kami berusaha secara maksimal," kata Djoko Harsono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×