Reporter: Dendi Siswanto | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) memastikan komitmen Indonesia untuk terus mendorong hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) yang menjadi salah satu prioritas investasi. Namun, Bank Indonenesia menyebut program hilirisasi yang dilakukan Indonesia menghadirkan peluang sekaligus tantangan.
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Dody Budi Waluyo mengatakan bahwa salah satu tantangan dalam melakukan hilirisasi Indonesia adalah industri hasil hilirisasi yang belum sepenuhnya kuat. Dody melihat, produk antara atau hilir Indonesia masih banyak didominasi oleh impor.
"Kenapa masih ada produk impor sebagai bagian dari hilirisasi kita, sementara kita punya peluang secara spesifik, Sumatra punya kekuatan dari sisi CPO, Kalimantan dengan batubaranya, Sulawesi dan seterusnya," ujar Dody dalam acara Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia, Senin (30/1) yang lalu.
Baca Juga: Smelter Belum Kelar, Perhapi: Denda atau Naikkan Pajak Ekspor Jadi Win Win Solution
Oleh karena itu, kondisi tersebut harus segera diantisipasi dengan pengembangan industri manufaktur khususnya di antara hulu dan hilir.
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bidang Hilirisasi Investasi Strategis Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Heldy Satrya Putera mengatakan bahwa sebetulnya pemerintah telah melakukan hilirisasi mulai dari hulu sampai ke hilir, sehingga dipastikan tidak ada impor lagi. Ia memberi contoh, misalnya hilirisasi nikel.
"Jadi seluruhnya sampai ke baterainya dan mobil listriknya itu semua diproduksi di Indonesia. Tidak impor lagi. Kita dengan ekosistem lengkap, mulai dari hulunya sampai ke hilir," ujar Heldy kepada Kontan.co.id, Senin (13/2).
Oleh karena itu, Heldy bilang, hilirisasi yang dilakukan pemerintah dipastikan mulai dari hulu sampai ke hilir dengan melihat potensi nilai tambah dari kegiatan hilirisasi tersebut.
"Kalau kami melihatnya seperti itu, dari hulu sampai ke hilirnya, kita lihat di mana yang paling terbaik nilai tambahnya," sambung Heldy.
Baca Juga: Bahlil Ungkap Peran UU Cipta Kerja dalam Hilirisasi Indonesia
Sementara itu, Tim Ahli Menteri Investasi/Kepala BKPM Anggawira menyampaikan bahwa memang perlu digenjot optimalisasi dari sisi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) ketika melakukan hilirisasi. Namun, Angga menyebut bahwa hilirisasi perlu dilakukan secara step by step.
"Menurut saya kan proses hilirisasi ini kan step by step ya, kalau memang kita sudah kuat di hulunya, ada produk-produk setengah jadi ya, artinya kita bisa optimalkan," kata Angga kepada Kontan.co.id, Senin (13/2).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News