kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.914   16,00   0,10%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

Pemerintah Dinilai Belum Siap Menuju Ekonomi Hijau


Selasa, 24 Oktober 2023 / 18:28 WIB
Pemerintah Dinilai Belum Siap Menuju Ekonomi Hijau
ILUSTRASI.


Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Hendri Saparini menilai pemerintah Indonesia masih belum siap bertransisi menuju ekonomi hijau. 

Hendri melihat transisi menuju ekonomi hijau atau infrastuktur hijau yang menjadi hajat pemerintah saat ini masih terkesan memaksa tanpa disertai peta jalan yang matang untuk menarik dunia usaha. 

"Padahal kalau kita bicara green ekonomy atau green infrastructure, kita tidak bicara kewajiban tapi bicara peluang bisnis. Nah mindset ini yang saya rasa belum terbangun," kata Hendri dalam CEO Insight Kompas di Jakarta, Senin (23/10). 

Bicara soal infrastruktur hijau, menurutnya ada dua hal penting di dalamnya, yaitu soft green infrastructure terkait regulasi dan hard green infrastructure yang berkaitan dengan sektornya. 

Baca Juga: Lampu Hijau untuk Nuklir di Revisi Kebijakan Energi Indonesia

Namun, ia melihat dari segi regulasinya saja, maksud ekonomi hijau tidak tercerahkan. Pemerintah juga diangap tidak memiliki skala prioritas terhadap sektor yang memproduksi emisi karbon terbesar. 

Direktur Eksekutif CORE Hendri Saparini saat CEO Insight Kompas.

"Kita sekarang ini kan mendadak green, dimana-mana pokoknya hijau, subsidi tiba-tiba biar segera hijau, sampai kita lupa sebenarnya mana yang harus kita dahulukan menuju hijau," ungkap Hendri. 

Pemerintah, kata Hendri, seharusnya punya satu, dua sektor prioritas dengan konsumsi yang besar untuk dibawa ke ekonomi hijau. 

Dengan begitu, pelaku usaha memiliki referensi untuk memulai bisnis di sektor tersebut. Kemudian pemerintah juga bisa memberikan insentif dengan beberapa sektor prioritas saja. 

Baca Juga: Paradise Indonesia Gandeng Binus Bangun Mall 23Semarang, Ditargetkan Rampung 2025

"Kalau framingnya ternyata tidak jelas, gampang berubah lagi. Padahal subsidi adalah cost APBN. Jadi banyak sekali yg mesti diatur, baik dari sisi demand maupun supply," pungkas Hendri. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×