Sumber: Kompas.com | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Ari Fahrial Syam mengingatkan pemerintah untuk segera merealisasikan dana insentif untuk tenaga kesehatan. Terutama, insentif untuk para dokter spesialis di rumah sakit sebagai garda terdepan dalam penanganan pasien yang terinfeksi Covid-19.
"Kemudian untuk PPDS (program pendidikan dokter spesialis) misalnya karena menjadi karyawan terdepan di rumah sakit pendidikan utama itu para PPDS, oke memang sudah dijanjikan, tapi ini segera direalisasikan," kata Ari dalam konferensi pers FKUI, Jumat (4/9/2020).
Selain itu, Ari juga meminta pihak manajemen rumah sakit untuk tidak memberikan beban kerja pada dokter terlalu banyak. Hal itu, menurut dia, bisa membuat dokter kelelahan dan stres secara emosional. "Manajemen rumah sakit harus mengatur bagaimana agar dokter itu dilihat beban kerjanya tidak besar. Di satu sisi mesti ada pengaturan," ujar dia.
Sebelumnya Menteri Koordinator bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD mengatakan, banyak dokter meninggal dunia disebabkan kelelahan dan stres menangani pasien Covid-19. Menurut Mahfud, banyak dokter tersebut menjadi korban karena lelah dan stres hingga akhirnya terkena Covid-19. Karena itu, kata Mahfud, pemerintah memberi perhatian khusus terhadap mereka.
Baca Juga: Terbanyak di dunia, jumlah kematian tenaga medis akibat corona di Meksiko capai 1.320
Pemerintah menyediakan insentif dan santuan pada para tenaga medis secara keseluruhan. Sekretaris Tim Audit dan Advokasi Kematian Dokter PB IDI, Dr. dr. Mahlil Ruby, MKes ungkapan Mahfud MD yang mengatakan banyak dokter kelelahan dan stres menangani pasien Covid-19 hingga akhirnya meninggal, merupakan hubungan secara tidak langsung.
Tetapi, lanjut Ruby, bahwa memang benar banyak dokter yang kelelahan karena harus menangani pasien Covid-19 yang cukup banyak sehingga dokter juga kurang istirahat.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pemerintah Diminta Segera Realisasikan Insentif Tenaga Kesehatan"
Selanjutnya: Aktivitas merger dan akuisisi masih ramai di tengah pandemi corona (Covid-19)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News