Reporter: Hans Henricus B | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Pemerintah memperkirakan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009 bakal bertambah. Saat ini defisit APBN 2009 hanya 1% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Rp 5.327 triliun atau sebesar Rp 52,7 triliun.
Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengatakan, dalam Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara, memang mengizinkan pemerintah untuk mengajukan besaran defisit sampai 3%. "Sekarang APBN sekarang defisit 1,2%, mungkin untuk tahun depan lebih besar dari itu, tapi masih di bawah 3%," katanya.
Dengan demikian, lanjut Kalla, jika defisit bertambah maka pemerintah harus menambal dengan pinjaman. Pinjaman itu melalui penerbitan SUN alias surat utang negara maupun pinjaman bilateral. "Untuk menutup defisit anggaran negara lain juga lakukan pinjaman, bukan hanya Indonesia," imbuh Kalla.
Namun, menurut Kalla pemerintah akan mengoptimalkan pinjaman bilateral ketimbang menerbitkan SUN. Alasannya, menerbitkan surat utang seperti SUN justru harus disertai tawaran bunga yang tinggi. "Kalau jual SUN bunganya terlalu tinggi, bisa 12%-14%. Tapi pinjaman bilateral bisa disesuaikan, apalagi bunga di luar makin turun," tukasnya.
Kalla mengatakan, negara maju sebenarnya juga berkepentingan memberikan pinjaman bilateral. Menurutnya, jika pinjaman bilateral ini bisa mendorong ekonomi negara berkembang seperti Indonesia, artinya daya beli terhadap produk-produk negara maju juga terus terjaga.
Pinjaman bilateral sudah mulai dijajaki Indonesia ke beberapa negara seperti Jepang. Pemerintah sendiri memastikan bisa mendapat pinjaman dana dari Negeri Sakura ini. Rencananya, pinjaman dari Jepang akan digunakan untuk membiayai defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2009 sebesar 1% dari PDB atau Rp 52,7 triliun.
Pinjaman itu juga bagian dari target pemerintah mendapatkan pinjaman sebesar US$ 5 miliar melalui pinjaman bilateral dan multilateral untuk meredam dampak krisis global. Namun pemerintah masih bungkam berapa komitmen pinjaman dari pemerintah Jepang. Yang jelas, pinjaman dari Jepang itu akan mengucur melalui Japan International Cooperation Agancy (JICA) dan Japan Bank for International Cooperation (JBIC). Sejauh ini Bank Dunia sudah berkomitmen menyediakan pinjaman siaga sebesar US$ 2 miliar.
Kalla mengatakan, negara maju sebenarnya juga berkepentingan memberikan pinjaman bilateral. Sebab, jika pinjaman bilateral ini bisa mendorong ekonomi negara berkembang seperti Indonesia, dengan demikian, daya beli terhadap produk-produk negara maju juga terus terjaga.
Sementara itu, wakil ketua Panitia Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat, Harry Azhar Azis mengatakan, perubahan defisit dalam APBN 2009 bisa saja terjadi apabila pemerintah memang membutuhkan tambahan anggaran belanja, misalnya untuk proyek-proyek infrastruktur dan membayar utang yang jatuh tempo di awal tahun, termasuk mencairkan standby loan. "Tapi merubah defisit mesti perlu dibahas dengan DPR terlebih dahulu," jelas Harry.