Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah berencana menurunkan bunga kredit usaha rakyat (KUR) khusus petani tebu menjadi 3% dari sebelumnya 6%. Rencana ini dilakukan dalam mendongkrak produksi gula di tanah air.
Merespon hal ini Pengamat Pertanian dari Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Eliza Mardia menilai penurunan bunga KUR menjadi 3% akan membantu petani tebu yang selama ini sulit mendapatkan akses permodalan yang terjangkau.
"Diharapkan KUR ini dapat digunakan oleh para petani untuk beli bibit yang bagus, pupuk, atau alat produksi yang menunjang produksi dan petani ga terjerat rentenir dan sejenisnya," kata Eliza pada Kontan.co.id, Kamis (19/6).
Namun begitu, Eliza menilai ada hal yang lebih mendesak yang perlu dilakukan pemerintah yaitu reformasi tata niaga komoditas tebu untuk kesejahteraan petani.
Dia bilang, instrumen KUR saja tidak cukup dalam menggenjot produksi gula di dalam negeri. Menurutnya, perlu juga dukungan kebijakan lain yang dapat meningkatkan kesejahteraan petani.
Baca Juga: Tak Sesuai Swasembada Pangan, Petani Tebu Ancam Datang ke Jakarta Jika Impor Dibuka
Pertama, pemerintah perlu menjamin stabilitas harga tebu di tingkat petani. Pasalnya, harga tebu yang fluktuatif atau kerap rendah sering membuat petani sulit menutup biaya produksi.
Bahkan, terkadang harga tebu di tingkat petani itu tidak sebanding dengan modal produksinya. Untuk itu, perlu kebijakan harga dasar tebu yang lebih adil atau subsidi langsung untuk menstabilkan pendapatan petani.
Kedua, akses ke pasar dan pabrik gula. Menurut Eliza, banyak petani tebu yang bergantung pada pabrik gula tertentu (monopsoni) yang menekan harga di tingkat petani.
"Ini kan masalah, perlu ada diversifikasi pasar (misalnya ke industri bioetanol) atau penguatan koperasi petani untuk negosiasi harga," pungkasnya.
Hal lain yang tak kalah penting adalah peningkatan produktivitas. Eliza mengingatkan saat ini tebu di Indoensai usainya banyak sudah tidak produktif, bahkan beberapa ada tidak dilakukan peremajaan sejak jaman kolonial.
Eliza menyebut produktivitas tebu di tanah air rata-rata hanya mencapai 60-70 ton/ha, lebih rendah jika dibandingkan negara lain, misalnya Thailand 70-85 ton/ha atau Australia yang mencapai 80-100 ton/ha.
"Penyebab rendahnya produktivitas kita karena bibitnya tua, kurang memadainya infrastruktur irigasi, dan minimnya teknologi," jelasnya.
Baca Juga: OJK: Industri Penjaminan Bisa Ambil Peluang dari Program KUR Rp 300 Triliun
Untuk itu, fasilitas KUR 3% ini diharapkan juga bisa dibarengi dengan kebijakan lain yang menunjang peningkatan produktivitas seperti penyediaan bibit unggul gratis atau subsidi, pelatihan teknologi pertanian, atau rehabilitasi sistem irigasi.
Sebelumnya, Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas) Arief Prasetyo Adi mengatakan keputusan penurunan suku bunga KUR bagi petani tebu telah disampaikan langsung dalam Rapat Koordinasi Terbatas (Rakortas) Kementerian Koordinator Pangan pada Kamis (12/6).
"Pemerintah ingin mendorong swasembada gula, artinya kita bicara produksi. Salah satunya bantuan KUR dari 6% kita ajukan menjadi 3% khusus petani tebu,"kata Arief dalam keterangan resminya, Kamis (19/6).
Pemerintah akan mengembangkan lahan produksi tebu seluas 500 ribu hektar. Lahan inilah nantinya yang akan mendapatkan insentif subsidi bbunga 3 persen untuk KUR khusus tebu.
"Mekanismenya pun dengan pembayaran setelah panen. Tentunya diharapkan kebijakan ini dapat mendukung petani tebu dalam negeri semangat mengaselerasi produknya," jelasnya.
Baca Juga: Tingkatkan Produksi Gula, Pemerintah Bakal Turunkan Bunga KUR Petani Tebu Jadi 3%
Selanjutnya: Defisit Anggaran Indonesia Hadapi Tantangan di Tengah Pembiayaan Utang yang Meningkat
Menarik Dibaca: Cerita Maudy Ayunda dan Caca Tengker Kala Menggunakan Lotion dengan Kandungan Oat
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News