kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pelemahan rupiah, peluang sektor wisata bersolek di hadapan turis


Kamis, 18 Oktober 2018 / 12:05 WIB
Pelemahan rupiah, peluang sektor wisata bersolek di hadapan turis
ILUSTRASI. Wisatawan menikmati liburan di Pantai Bali


Reporter: Martyasari Rizky | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah tren depresiasi rupiah, sektor pariwisata yang bisa mendatangkan pendapatan lebih besar dari tamu asing. Apalagi, pertumbuhan sektor pariwisata tumbuh lebih cepat dibanding sektor ekonomi lainnya di Indonesia sejak tahun 2012. 

Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi LIPI, Panky Tri Febiansyah menyarankan, agar Indonesia dapat lebih cepat memulihkan kondisi ekonomi, Indonesia perlu mengoptimalkan sektor pariwisata. 

"Disini konteksnya bukan hanya untuk masyarakat domestik, tetapi juga untuk wisatawan mancanegara (Wisman), penjualan jasa untuk ekonomi adalah sebuah peluang," katanya, Rabu (17/10). Dia mencontohkan Korea Selatan yang mengandalkan sektor pariwisata untuk negaranya. 

Mengingat rupiah saat ini sedang mengalami depresiasi, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan momentum ini dalam meningkatkan sektor pariwisata. Pasalnya, layanan dan produk wisata di Tanah Air akan menjadi lebih murah dan menguntungkan bagi turis.

Berdasarkan rasionalitas dan perilaku individu wisman, angka elastisitas dari perubahan nilai tukar terhadap kunjungan wisman saat ini yaitu, sebesar 0,7059. Maka, jika rupiah mengalami depresiasi Rp 1, akan ada kemungkinan wisman bertambah sekitar 7.059 orang. 

"Bisa dibayangkan jika Indonesia mengalami depresiasi Rp 10. Maka wisman akan bertambah sekitar 70.590 orang," kata dia. 

Maka dari itu, perlu adanya pengembangan infrastruktur pada sektor pariwisata. Apabila pembangunan infrastuktur sudah baik, maka akan ada kemungkinan spending lama tinggal wisman terpengaruhi.

"Biasanya, jika spending yang dikeluarkan wisman besar maka lama tinggal nya sebentar. Tetapi, jika spending yang dikeluarkan wisman kecil, maka lama tinggal mereka di wisata tersebut akan panjang," ujarnya.

Asal tahu, pengeluaran total wisman saat ini sebesar US$ 1.300 dengan lama tinggal 9,71 hari atau setara pengeluaran sebesar US$ 140.4 per hari.

Dari pada Indonesia hanya bisa meratapi nasib karena terjadinya depresiasi nilai tukar, mengapa Indonesia tidak mencoba untuk mengambil peluang.

"Karena jika berpikir secara rasional, kenapa tidak datang ke Indonesia, sudah murah, ditambah kaya akan budaya dan alamnya. Harapan kedepannya seperti itu untuk sektor pariwisata Indonesia," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×