Reporter: Edy Can | Editor: Edy Can
Selama sepekan terakhir, kondisi makro perekonomian masih cukup baik. Badan Pusat Statistik mencatat inflasi Oktober lalu mulai melandai dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Bila tidak ada kejadian yang luar biasa, BPS memperkirakan inflasi tahun ini akan sesuai dengan target pemerintah yakni lima plus minus satu persen.
Begitu juga dengan neraca perdagangan. BPS menghitung, neraca perdagangan selama periode Januari-September lalu masih surplus. Yang akan mengkhawatirkan neraca perdagangan dengan China. BPS mencatat impor barang dari Negeri Panda tersebut kian membesar.
Selain itu, Bank Indonesia mencatat cadangan devisa kian membengkak. Angkanya mencapai US$ 91,7 miliar. Cuma, kondisi makro perekonomian tersebut belum bisa menghibur masyakarat khususnya di Jawa Tengah dan Yogyakarta. Erupsi Gunung Merapi yang terjadi sejak 26 Oktober lalu belum berhenti hingga sekarang. Bahkan, erupsi Merapi kian ganas.
Efek letusan yang disertai dengan suara yang menggelegar pada Jumat (5/11) jauh lebih besar dari letusan sebelumnya. Tercatat kurang lebih dari 144 orang meninggal akibat terpanggang awan panas yang keluar dari mulut gunung tersebut. Ratusan orang luka bakar dan masih banyak orang yang hilang. Ribuan orang terpaksa mengungsi dan eksodus dari Yogyakarta dan sekitarnya.
Letusan ini juga membuat sendi perekonomian di seputar Gunung Merapi terhenti. Dunia pariwisata di Yogyakarta, Magelang dan sekitarnya mati suri. Sejumlah penerbangan dari dan ke Bandara Adi Sutjipto dibatalkan gara-gara abu vulkanik. Begitu pula dengan sejumlah penerbangan di beberapa kota lainnya seperti Solo, Jakarta dan Bandung.
Dampak letusan Merapi yang kian besar ini memaksa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah menteri memilih berkantor di Yogyakarta. Presiden SBY bahkan memerintahkan penanganan bencana ini langsung dibawah komando Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
Agenda pekan depan
Pekan ini, penanganan bencana masih menjadi topik yang hangat. Mata masih tertuju pada Gunung Merapi. Sebab, Merapi belum menunjukkan tanda-tanda mulai jinak. Begitu pula dengan penanganan bencana di Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat dan Wasior, Papua Barat.
Bagi investor, penawaran saham perdana PT Krakatau Steel akan menjadi perhatian. Kontroversi soal harga saham perdana Krakatau Steel yang dianggap kemurahan bagi sebagian kalangan akan menjadi buruan para investor di pasar sekunder. Apalagi, para analis meramalkan saham produsen baja tersebut cukup prospektif. Rencananya, Krakatau Steel akan mencatatkan sahamnya pada 10 November mendatang.
Kedatangan Presiden Amerika Serikat Barack Obama juga menjadi topik hangat pekan ini. Obama akan datang di sela-sela lawatannya ke Asia pada tanggal 9 -10 November mendatang. Hingga Minggu (7/11), Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat Dino Patti Djalal memastikan belum ada perubahan jadwal atas kunjungan Obama ke Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News