kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   44.000   2,35%
  • USD/IDR 16.400   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.142   47,86   0,67%
  • KOMPAS100 1.041   10,44   1,01%
  • LQ45 812   9,62   1,20%
  • ISSI 224   0,88   0,39%
  • IDX30 424   4,46   1,06%
  • IDXHIDIV20 504   1,88   0,37%
  • IDX80 117   1,34   1,15%
  • IDXV30 119   0,16   0,14%
  • IDXQ30 139   1,43   1,04%

Pebisnis optimistis atas evaluasi GSP


Rabu, 25 Juli 2018 / 12:33 WIB
Pebisnis optimistis atas evaluasi GSP
ILUSTRASI. ILUSTRASI OPINI - Mengadang Efek dari Perang dagang


Reporter: Patricius Dewo | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) berharap pemerintah Indonesia tidak perlu cemas mengenai evaluasi fasilitas tarif khusus sektor perdagangan atau Generalized System Preferences (GSP) oleh pemerintah Amerika Serikat (AS).

Menurut Apindo, evaluasi atas fasilitas tersebut menunjukkan bahwa Indonesia-AS adalah teman sejawat yang saling membutuhkan dan saling melengkapi.

Wakil Ketua Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan, Indonesia dan AS tidak dalam posisi rivalitas. Justru selama ini pondasi hubungan yang terjalin bersifat positif dan saling menguntungkan. Dengan demikian, tidak ada alasan untuk cemas terhadap berbagai evaluasi kebijakan yang dilakukan oleh AS ini.

"Namun begitu, kami mengingatkan agar pemerintah tetap konsisten dalam menciptakan iklim bisnis yang kondusif dan tidak mengeluarkan kebijakan yang justru kontraproduktif," ujarnya kepada Kontan.co.id, Selasa (24/7).

Menurut Shinta, dari total tiga paramater evaluasi kelayakan GSP, Indonesia saat ini tengah dievaluasi oleh AS terkait akses pasar yang fair dan equitable terhadap produk-produk barang, jasa, dan investasi dari AS. Shinta berharap dunia usaha tidak perlu cemas mengenai isu akses pasar untuk Indonesia dibatasi dan berpengaruh terhadap hubungan dagang.

Indonesia masih optimis atas evaluasi GSP ini. Sebab, hubungan perdagangan antara Indonesia dan AS saling menguntungkan. Shinta mencontohkan pada perdagangan komoditas karet, komponen elektronik, kelapa sawit, dan kapas.

Ekonom Indef Bhima Yudhistira menambahkan, dengan fasilitas GSP, seharusnya Indonesia senang karena menikmati bea masuk 0%. Namun begitu, Indonesia tetap harus bersiap meningkatkan daya saing. "Suatu saat GSP ini pasti akan dicabut oleh pemerintah AS, dan ke depan ketika hal ini diberlakukan kita tidak lagi bersaing soal harga tapi juga soal kualitas dengan negara lainnya," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×