Sumber: Kompas.com | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Proses penanggulangan bencana erupsi Gunung Sinabung di Sumatera Utara dinilai tidak maksimal. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah dinilai tidak memiliki perhatian penuh terhadap peristiwa yang menyebabkan puluhan ribu warga mengungsi itu.
"Saya tidak tahu kenapa Sumatera Utara itu sepertinya dijadikan anak tiri oleh pemerintah pusat. Penanganannya lamban sekali," ujar Ketua DPP PDI Perjuangan Trimedya Panjaitan di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (15/1).
Trimedya mengatakan, peristiwa erupsi Gunung Sinabung sudah terjadi sejak tiga bulan lalu, tetapi perhatian dari pemerintah provinsi minim sekali. Yang terjadi justru adanya mosi tidak percaya yang dilontarkan DPRD Kabupaten Karo.
"Mereka ajukan mosi tidak percaya karena dianggap dana bantuan dikorupsi," ucap Trimedya.
Calon anggota legislatif DPR untuk daerah pemilihan di Sumatera Utara itu berpendapat, minimnya perhatian terhadap Sinabung dikarenakan belum adanya penetapan bencana nasional. Peristiwa erupsi Gunung Sinabung dianggap masih tahap ringan karena belum meletus layaknya Gunung Merapi.
"Padahal, saat muncul erupsi, pengungsi tetap banyak yang harus dievakuasi. Mereka ingin tetap di tanahnya, tapi BNPB meminta mereka tetap di pengungsian. Jangan sampai karena belum ada korban jiwa jadi tidak perhatian. Apa perlu menunggu korban jiwa dulu?" kata Trimedya.
Saat ditanyakan soal rencana Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk meninjau Sinabung pekan depan, Trimedya pun terkejut. "Lama sekali. Reaksi Presiden sangat lamban," kata anggota Komisi III DPR itu.
Seperti diberitakan, Gunung Sinabung melakukan erupsi sebanyak 30 kali pada Selasa (14/1/2014) kemarin. Luncuran awan panas yang menyertai letusan pun semakin sering terjadi dengan jarak luncuran semakin jauh.
Bila sebelumnya luncuran awan panas mencapai jarak 3 kilometer dari kawah gunung, pada Selasa jaraknya mencapai kisaran 4 sampai 5 kilometer ke arah tenggara. Jumlah pengungsi akibat letusan Gunung Sinabung yang sudah berlangsung berbulan-bulan juga terus bertambah. Per Selasa, jumlah pengungsi tercatat 26.088 orang dari 8.103 kepala keluarga.
Para pengungsi tersebut berasal dari 34 desa dan 2 dusun di Kabupaten Karo. Di antara desa asal pengungsi adalah Desa Sukameriah, Guru Kinayan, Selandi Lama, Kuta Rakyat, dan Sigaranggarang di Kecamatan Payung. Lalu, Desa Berastepu, Sibintun, Gamber dan Kuta Tengah, Kuta Mbelin, Kebayaken, Kuta Tonggal, dan Sukanalu di Kecamatan Simpang Empat. Juga, Desa Tiganderket, Mardinding, Temberun, Pintubesi, Perbaji, dan Kuta Mbaru di Kecamatan Tiganderket. (Sabrina Asril)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News