Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perekonomian Indonesia bakal mendapatkan durian runtuh tahun ini. Komoditas alam yang masih jadi andalan utama ekspor dan bisnis di Indonesia diperkirakan melanjutkan tren kenaikan harga. Tapi, pemerintah jangan terlena dengan laju harga komoditas karena sewaktu-waktu bisa anjlok seperti beberapa tahun belakangan.
Harga komoditas di pasar internasional meningkat mulai tahun lalu, pasca mencapai titik terendah pada tahun 2015–2016. Diperkirakan tren kenaikan harga komoditas masih akan berlanjut pada tahun ini. Kondisi itu mirip seperti tahun 2007, harga komoditas mulai naik harga dan berlanjut hingga tahun-tahun selanjutnya.
Dalam Commodity Markets Outlook akhir tahun 2017, World Bank pun memprediksi harga komoditas energi, termasuk minyak, gas alam, dan batubara diperkirakan naik 4% pada 2018 setelah meningkat 28% tahun 2017.
Harga komoditas pertanian diperkirakan meningkat pada tahun 2018 karena berkurangnya pasokan, dengan harga gandum, minyak dan makanan sedikit naik.
Harga bijih besi diperkirakan turun 10% tahun 2018 namun pasokan yang ketat akan mendorong peningkatan harga logam dasar termasuk timbal, nikel dan seng. Harga emas diantisipasi bergerak lancar tahun depan dengan perkiraan makin tingginya suku bunga Amerika Serikat.
"Target pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini sebesar 5,4% bisa dicapai karena momentum harga komoditas, terutama batubara bakal mendorong kenaikan harga komoditas lain," jelas Ketua Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) Soetrisno Bachir di acara seminar KEIN Meet The CEO, Rabu (17/1).
Namun, berkaca dari pengalaman sepuluh tahun terakhir, pemerintah jangan hanya mengandalkan kenaikan harga komoditas sebagai pendorong ekonomi. Program hilirirasi industri harus terus digenjot agar perekonomian mendapat keuntungkan optimal daripada hanya menjual bahan mentah.
Bagi KEIN, kunci hilirisasi industri adalah mengatasi hambatan investasi melalui percepatan perizinan dan kepastian berusaha. "Bukan hanya pusat, melainkan daerah dengan satgas agar hambatan itu bisa diatasi. Sekarang kadang tidak sinkron pemerintah pusat dan pemerintah daerah," jelas Soetrisno..
Ekspor manufaktur
Menko Perekonomian Darmin Nasution menegaskan, pemerintah terus fokus membangun industri dalam negeri. Tahun 2017, ekspor industri pengolahan mencapai US$ 125,02 miliar, naik 13,14% year on year (yoy) dan menyumbang 74,1% dari total ekspor US$ 168,73 miliar.
"Ekspor berbasis industri akan terus diperbesar. Apa saja industrinya? Kami harus rumuskan mungkin 4 sampai 7 paling banyak. Kami punya kebijakan pengembangan KEK (kawasan ekonomi khusus), kami punya kebijakan pengembangan kawasan industri, kami punya kawasan strategis," jelas Darmin.
Head of Industry & Regional Research Bank Mandiri Dendi Ramdani menyatakan, kenaikan harga komoditas hanya momentum bagi Indonesia. Momentum ini tidak berarti apa-apa apabila industri pengolahan tidak didorong untuk membuat ekonominya berkelanjutan.
"Sejak tahun 2015 sudah terasa ekonomi melemah. Praktis karena ekonomi sangat tergantung dari harga komoditas yang tinggi. Jangan lagi terlena kenaikan harga komoditas," terang Dendi mengingatkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News