kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.886.000   2.000   0,11%
  • USD/IDR 16.582   59,00   0,35%
  • IDX 6.948   115,61   1,69%
  • KOMPAS100 1.006   18,58   1,88%
  • LQ45 780   15,05   1,97%
  • ISSI 221   2,39   1,10%
  • IDX30 405   7,65   1,93%
  • IDXHIDIV20 477   9,48   2,03%
  • IDX80 113   1,82   1,63%
  • IDXV30 116   1,59   1,39%
  • IDXQ30 132   2,92   2,26%

Pasar keuangan stabil, BI: Investor bakal balik lagi


Jumat, 04 Mei 2018 / 20:02 WIB
Pasar keuangan stabil, BI: Investor bakal balik lagi
ILUSTRASI. Keterangan pers Bank Indonesia


Reporter: Ghina Ghaliya Quddus | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank Indonesia optimistis pasar keuangan Indonesia masih berada dalam kondisi stabil meskipun masih berada dalam bayang-bayang menguatnya dollar Amerika Serikat (AS).

Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Moneter BI Nanang Hendarsah mengatakan, setidaknya optimisme ini dapat tercermin dari dua hal.

Pertama, investor jangka panjang yang masih bertahan di pasar keuangan domestik karena melihat fundamental perekonomian Indonesia yang baik dari segi fiskal maupun moneter.

Kedua, akan meredanya penyesuaian portofolio asing yang disebabkan oleh tidak konsistennya tekanan global yang didukung dengan tingkat yield Indonesia yang kompetitif.

“Bila risk off globalnya sudah reda (risk on) investor global akan masuk lagi ke Indonesia,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (4/5).

Nanang mengatakan, memang sulit untuk memperkirakan kapan penyesuaian portofolio akan berakhir. Namun, diperkirakan investor bakal masuk ke Indonesia seiring masuknya Indonesia ke Barclays Bloomberg Index.

“Indonesia akan masuk ke Barclays Bloomberg Index bulan Juni. Biasanya passive investor dipastikan akan masuk ke Indonesia karena mereka akan mereplikasi komposisi portofolionya sesuai dengan komposisi bobot pada global index tersebut,” jelasnya.

Menurut Nanang, sepanjang episode penyesuaian portofolio yang terjadi, investor selalu kembali ke Indonesia. Sebab, jarang emerging market yang menawarkan yield menarik seperti di Indonesia dibandingkan negara-negara lain.

Saat ini, yield SUN bertenor 10 tahun berada di kisaran 6,9%. Angka ini lebih tinggi ketimbang negara emerging market lainnya.

“Kalaupun yield sama, fundamentalnya berbeda, misal Argentina, Brazil. Kita lebih bisa menjaga inflasi,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Cara Praktis Menyusun Sustainability Report dengan GRI Standards Strive

[X]
×