Sumber: Kompas.com | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Ekonom dari Universitas Indonesia Berly Martawardaya mengungkapkan Indonesia bisa meminta bantuan dari Inisiatif Chiang Mai untuk kembali mengangkat nilai rupiah. Inisiatif Chiang Mai ini merupakan kerja sama antara negara-negara ASEAN dengan Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok.
"Kita punya perjanjian dengan bank sentral asia tenggara dan juga negara China, Jepang dan Korea untuk menjaga nilai mata uang masing-masing kalau satu negara kena attack akan saling bantu. Itu perlu, jadi beking-nya banyak," kata Berly di Jakarta, Sabtu (20/12).
Inisiatif Chiang Mai elah berlaku efektif sejak 24 Maret 2010 beranggotakan negara ASEAN ditambah Tiongkok, Jepang dan Korsel (ASEAN 3). Kerja sama multilateral ini bertujuan mengatasi masalah neraca pembayaran dan likuiditas jangka pendek di kawasan.
Di dalam Inisiatif Chiang Mai, ada dana cadangan bersama sebesar 120 miliar dollar AS, di mana kontribusi Indonesia sebesar 4,7 miliar dollar AS.
"Ini akan jadi policy bagus kalau minggu depan janjian kumpul bank sentral ASEAN kasih statement bersama, tidak perlu intervensi tapi cukup statement Jepang, Korea, China mengatakan khawatir melihat Indonesia selalu undervalue, itu buat persepsi pasar sudah cukup," kata Berly.
Pada Selasa (16/12), kurs tengah Bank Indonesia untuk rupiah sempat menyentuh Rp 12.900 per dollar AS. Nilai tukar ini mulai menguat perlahan, dan pada perdagangan Jumat (19/12) ditutup di level Rp 12.500 per dollar AS.
Bank Indonesia telah melakukan intervensi dengan membeli Rp 1,5 triliun obligasi dalam satu hari. Sedangkan pada Selasa Bank Indonesia membeli Rp 200 miliar obligasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News