Reporter: Ratih Waseso | Editor: Noverius Laoli
Namun hal itu akan efektif jika pelaksanaan protokol kesehatan dapat dilakukan oleh semua masyarakat dengan disiplin.
"Cuma pakai masker paling mudah, tapi hanya berhasil kalau banyak yang pakai juga. Dari perhitungan matematik atau epidemiologi kalau mau hentikan penularan antar orang, itu 75% orang harus pakai masker maka epidemi terkendali. Nah kalau epidemi mau tetap terkendali ya 85% orang harus pakai masker," tegas Iwan.
Adapun mengenai TLI, selama ini tracing atau pelacakan interaksi dari pasien Covid-19 dilakukan saat pasien dinyatakan positif atau usai adanya hasil PCR tes. Padahal Iwan menyebut hal itu bisa sangat sulit jika pasien sendiri sempat menggunakan transportasi umum sebelumnya.
Baca Juga: PSBB Jakarta diperketat, operasional KA Bandara Soekarno-Hatta dikurangi
Maka ia menyarankan agar tracing bisa diambil solusi dilakukan saat pasien masih berstatus suspect, agar tracing dapat lebih awal. Atau cara lain TLI ialah dengan mempercepat hasil dari PCR tes.
"Pedoman Kemenkes itu kontak tracing saat orang itu terkonfirmasi covid. Tapi kita tahu lab PCR hasil kan 3-7 hari, nah kalau dimulai saat orang terkonfirmasi orang suspect sudah gerak kemana-mana terlambat. Maka pilihannya ialah PCR harus cepat atau kontak tracing dimulai dari suspect," jelasnya.
Kemudian Iwan menggaris bawahi bahwa terkait PCR tes, yang terpenting ialah bukan hanya jumlahnya namun tepat sasaran.
"Penelitian di Amerika Serikat kalo tes banyak tapi random dampaknya kecil, tes yang banyak itu berguna kalau kontak erat misal, orang di rumahnya, temennya dan lainnya. Tapi kalau kita pakai kontak erat bisa turunkan kecepatan transmisi separuhnya. Bukan hanya jumlah tapi siapa yang di tes," kata Iwan.
Selanjutnya: 5 cara meningkatkan imun tubuh saat pandemi virus corona
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News