kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pajak karbon berlaku di 2022, begini tanggapan para pelaku industri


Rabu, 10 November 2021 / 19:15 WIB
Pajak karbon berlaku di 2022, begini tanggapan para pelaku industri
ILUSTRASI. pemerintah berniat memberlakukan pajak karbon mulai 1 April 2022


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Aneka Industri Keramik Indonesia (Asaki) Eddy Suyanto menilai, penerapan pajak karbon di tahun depan akan berdampak terhadap kenaikan biaya produksi yang pada akhirnya dapat mengurangi daya saing industri keramik. Padahal, industri keramik masih berupaya untuk pulih di tengah pandemi Covid-19.

Ancaman berupa maraknya produk keramik impor masih terlihat. Pasalnya, di periode Januari—Agustus 2021, impor produk keramik tumbuh hampir 50% (yoy). Mayoritas keramik impor tersebut datang dari China dan India.

“Baik China dan India merupakan eksportir keramik terbesar ke pasar Indonesia yang mana mereka belum menerapkan pajak karbon untuk industrinya,” tutur Eddy, Rabu (10/11).

Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso menyatakan, penerapan pajak karbon memicu berbagai pelaku industri untuk berinovasi dari segi proses produksi agar emisi gas rumah kaca berkurang sesuai dengan standar yang ditetapkan pemerintah.

Baca Juga: Begini peta jalan Indonesia menuju netral karbon di 2060

Industri semen sendiri telah melakukan berbagai langkah komprehensif dalam rangka mendukung pemerintah untuk menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030.

Di antaranya adalah penggunaan bahan bakar alternatif pengganti batubara seperti biomassa, pemanfaatan gas buang di pabrik untuk memproduksi tenaga listrik sehingga bisa menghemat kebutuhan listrik pabrik sekitar 10%--15%, hingga melakukan inovasi dengan memproduksi semen ramah lingkungan.

“Contoh produk semen ramah lingkungan adalah Portland pozzolan cement (PPC), Portland composite cement (PCC), cement slag, dan cement hydrolis,” imbuh Widodo.

Semen ramah lingkungan dapat menghemat bahan bakar sekaligus rendah emisi. Pemerintah pun disebut Widodo sangat mendukung penggunaan semen ramah lingkungan untuk berbagai proyek infrastruktur strategis nasional.

Selanjutnya: Penjualan naik, Mitra Adiperkasa (MAPI) pangkas rugi bersih jadi Rp 114,8 miliar

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×