Reporter: Dea Chadiza Syafina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve akan menggelar rapat kebijakan moneter atau Federal Open Market Committee (FOMC) pada tanggal 17-18 Desember 2013.
Banyak kalangan yang memperkirakan bahwa, The Fed akan menentukan pengurangan stimulus moneter dalam FOMC meeting tersebut.
Jika hal itu terjadi, tentu akan mempengaruhi keadaan ekonomi seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia yang merupakan emerging economy country.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, sebagai emerging market, Indonesia dinilai belum perlu sebuah kebijakan lanjutan untuk mengantisipasi hasil FOMC tersebut.
"Rasanya belum perlu keluarkan aturan tambahan lain, yang penting masih normal, buyback juga terus," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad di Gedung DPR, Jakarta, Selasa (17/12).
Muliaman bilang, antisipasi dampak dari tapering off sendiri sudah dilakukan pemerintah Indonesia sejak beberapa waktu lalu melalui Forum Koordinasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
Karena itu, menurutnya, masyarakat tidak perlu khawatir akan dilakukannya tapering off oleh bank sentral di Amerika Serikat.
"Diskusi tapering off sudah sejak lama dilakukan. Saya pikir sudah di risk off oleh beberapa pihak, kami juga sudah siapkan beberapa langkah terutama pengamanan pasar modal. Kita pantau," ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo memperkirakan, dalam FOMC nanti tidak akan memutuskan pengurangan stimulus dalam waktu dekat.
Menurutnya, The Fed akan lebih bijak dan memikirkan segala dampak yang akan ditimbulkan jika quantitative easing dilakukan secepatnya.
"Kalau lihat kesiapan The Fed menjaga semua policy yang selama ini yaitu mempertahankan kestabilan dunia. Walaupun ada, dampaknya akan sangat terukur dan belum pasti (tapering off) akan dilakukan akhir tahun ini. Jadi masih banyak pandangan itu akan dilakukan kuartal I tahun depan," jelas Agus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News