kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.745.000   4.000   0,23%
  • USD/IDR 16.430   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.223   -248,56   -3,84%
  • KOMPAS100 896   -33,02   -3,55%
  • LQ45 709   -20,34   -2,79%
  • ISSI 194   -8,31   -4,11%
  • IDX30 370   -9,39   -2,47%
  • IDXHIDIV20 444   -10,12   -2,23%
  • IDX80 103   -3,04   -2,87%
  • IDXV30 107   -2,26   -2,07%
  • IDXQ30 121   -3,14   -2,53%

OECD Ramal Ekonomi Dunia Tahun Ini Suram, Tarif Perdagangan AS Jadi Penyebabnya


Selasa, 18 Maret 2025 / 12:46 WIB
OECD Ramal Ekonomi Dunia Tahun Ini Suram, Tarif Perdagangan AS Jadi Penyebabnya
ILUSTRASI. OECD memperkriakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 3,1% pada 2025 dan 3% pada 2026 mendatang. REUTERS/Toby Melville/File Photo


Reporter: Siti Masitoh | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) memperkriakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat menjadi 3,1% pada 2025 dan 3% pada 2026 mendatang.

OECD menyebut. proyeksi perlambatan ekonomi global tersebut, dikarenakan adanya hambatan perdagangan yang lebih tinggi di beberapa ekonomi negara G20, dan meningkatnya ketidakpastian geopolitik dan kebijakan yang membebani investasi dan pengeluaran rumah tangga.

Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat (AS) juga diproyeksikan melambat dari perkiraan sebelumnya yang menguat, menjadi 2,2% pada tahun 2025 dan 1,6% pada tahun 2026.

Kemudian,  pertumbuhan ekonomi di kawasan Uni Eropa diproyeksikan menjadi 1,0% pada tahun 2025 dan 1,2% pada tahun 2026, karena ketidakpastian yang meningkat membuat pertumbuhan tetap rendah. Pertumbuhan di China diproyeksikan melambat dari 4,8% tahun ini menjadi 4,4% pada tahun 2026.

Baca Juga: OECD Turunkan Proyeksi Ekonomi RI Jadi 4,9% pada 2025

“Proyeksi ini didasarkan pada asumsi bahwa tarif bilateral antara Kanada dan AS serta antara Meksiko dan Amerika Serikat dinaikkan sebesar 25 poin persentase tambahan pada hampir semua impor barang dagangan mulai bulan April,” tulis laporan OECD Economic Outlook, Interim Report Steering through Uncertainty Edisi Maret 2025, dikutip Selasa (18/3).

OECD menyebut, aktivitas akan lebih kuat dan inflasi akan lebih rendah di ketiga negara jika kenaikan tarif ini lebih rendah atau terbatas pada jenis barang yang lebih sedikit, tetapi pertumbuhan global akan tetap lebih lemah dari yang diperkirakan sebelumnya.

Sejalan dengan itu, risiko yang signifikan di global diramal masih tetap ada. Bahkan kekhawatiran utama adalah fragmentasi ekonomi global yang lebih parah. OECD menilai, peningkatan hambatan perdagangan yang lebih besar dan lebih luas akan menghambat pertumbuhan di seluruh dunia dan meningkatkan inflasi.

Lebih lanjut, OECD berharap, inflasi yang lebih tinggi dari yang diharapkan akan mendorong kebijakan moneter yang lebih ketat dan dapat menimbulkan perubahan harga yang mengganggu di pasar keuangan.

Di sisi positifnya, lingkungan kebijakan yang lebih stabil akan mengurangi ketidakpastian, dan perjanjian yang menurunkan tarif dari tingkat saat ini dan perjanjian yang lebih ambisius reformasi kebijakan struktural dapat memperkuat pertumbuhan.

Baca Juga: Menuju Proses Aksesi OECD, Pemerintah Komitmen Perangi Praktik Suap

“Peningkatan belanja pemerintah untuk pertahanan juga dapat mendukung pertumbuhan dalam jangka pendek, tetapi berpotensi menambah tekanan fiskal jangka panjang,” tulis laporan tersebut.

Melihat perkiraan prospek pertumbuhan ekonomi global tersebut, OECD membeberkan beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh negara-negara di dunia.

Pertama, bank sentral di berbagai negara harus tetap waspada mengingat ketidakpastian yang meningkat dan potensi biaya perdagangan yang lebih tinggi untuk mendorong tekanan upah dan harga.

Namun apabila ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik, dan ketegangan perdagangan tidak semakin meningkat, penurunan suku bunga kebijakan harus terus dilakukan di negara-negara yang inflasinya diproyeksikan akan menurun atau tetap terkendali.

Kedua, disiplin fiskal diperlukan untuk memastikan keberlanjutan utang, menjaga kemampuan pemerintah untuk bereaksi terhadap guncangan di masa mendatang dan mengakomodasi tekanan pengeluaran saat ini dan di masa mendatang.

Baca Juga: Jepang Mendukung Indonesia Menjadi Anggota Penuh OECD

Ketiga, negara-negara perlu menemukan cara untuk mengatasi masalah bersama-sama dalam sistem perdagangan global. Misalnya dengan upaya memperkuat ketahanan rantai pasokan, serta reformasi regulasi yang mempromosikan pasar produk dan tenaga kerja yang dinamis, serta kebijakan untuk mendorong peningkatan keterampilan.

Keempat, penyebaran teknologi kecerdasan buatan yang lebih cepat juga dinilai dapat memberikan manfaat produktivitas yang signifikan. OECD menyebut, negara-negara dapat membantu dengan memastikan ketersediaan infrastruktur digital berkecepatan tinggi, menjaga pasar yang terbuka dan kompetitif, serta menyediakan kesempatan bagi pekerja untuk meningkatkan keterampilan masyarakatnya.

Selanjutnya: Perluas Penjualan Reksadana, Trimegah AM Gandeng Maybank Indonesia

Menarik Dibaca: Mudik dan Liburan, tiket.com Gelar Promo Tiket Hari Raya (THR)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×