Reporter: Benedicta Prima | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas Batam (BP Batam) mencatat nilai investasi yang masuk tahun ini periode Januari-Februari sebesar Rp 651 miliar.
"Selama dua bulan ini real investasi. (Sedangkan) rata-rata tahunan Rp 1 triliun," itu Kepala BP Batam Edy Putra Irawady saat konferensi pers di kantor Kementerian Koordinator (Kemko) Ekonomi, Rabu (20/3).
Edy Putra merinci investasi tersebut mengalir antara lain pada sektor industri elektronik, permesinan, alat kesehatan, perakitan handphone, dan kontak lensa.
Selain itu, BP Batam juga diminta untuk fokus mengembangkan sektor jasa terutama pariwisata. Edy dan timnya mengaku saat ini sudah ada permohonan investasi di bidang kesehatan (health care tourism) dan resort untuk pariwisata.
Pihaknya juga akan terus melakukan promosi untuk memaksimalkan investasi di Batam alias diplomatic trip dengan mengundang para calon investor.
Sebagai gambaran, Edy menjelaskan sumbangan investasi terbesar berasal dari sektor jasa kesehatan yang tumbuh 8,7% dengan kontribusi 22% terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Batam.
Kemudian disusul jasa pendidikan yang tumbuh 7,32% dan information and communication technology (ICT) yang tumbuh 7%. Sedangkan logistik dan jasa keuangan masing-masing 3,7% dan 1,2%.
Lebih rinci, langkah lain yang akan diambil BP Batam adalah melakukan tata kelola lahan. Ini sebagai upaya membuat Batam kembali bergairah bagi para investor.
Mereka memberikan tiga opsi. Pertama, apabila investor mangkrak maka akan dievaluasi untuk menyampaikan kembali minta membangun di alokasi lahan dengan bussines plan yang matang.
Kedua, apabila tidak memiliki kemampuan finansial akan diberi kesempatan untuk bermitra namun harus benar-benar ditunjukkan dengan surat resmi dari notaris. Ketiga, BP Batam akan mencarikan mitra apabila pengelola lahan tidak memiliki kemampuan teknis dan finansial namun masih tertarik membangun usaha.
Hingga saat ini, sudah ada Rp 5,2 triliun (selama 1,5 tahun) yang berkomitmen melakukan business plan sebagai hasil pemberdayaan kembali lahan yang tidak optimal.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News