kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Neraca minyak tetap defisit meski subsidi dicabut


Rabu, 18 Desember 2013 / 21:46 WIB
Neraca minyak tetap defisit meski subsidi dicabut
ILUSTRASI. Baik Dikonsumsi Saat Diet, Ini Sederet Manfaat Telur Rebus


Sumber: Kompas.com | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Kepala Ekonom dan Direktur Relasi Investor PT Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat memprediksi, meskipun subsidi bahan bakar minyak (BBM) dikurangi ataupun dicabut, neraca perdagangan minyak akan tetap defisit.

"Subsidi BBM memicu pelemahan nilai tukar rupiah. Saat ini defisit neraca minyak totalnya sudah mencapai rata-rata 20 miliar dollar AS per tahun. Meningkatnya penggunaan BBM terkait dengan penjualan kendaraan bermotor yang luar biasa," kata Budi di Graha Niaga, Rabu (18/12/2013).

Budi memaparkan, selama 10 tahun hingga Oktober 2013, penjualan otomotif telah mencapai 66,3 juta unit, melonjak 319 persen dibanding dekade sebelumnya. Sekitar 59,5 juta unit merupakan penjualan sepeda motor.

"Kendaraan tersebut butuh bahan bakar. Sementara Indonesia terus mengalami kesulitan meningkatkan produksi minyak. Untuk mencukupi permintaan, Indonesia harus mengimpor BBM," terangnya.

Defisit neraca minyak, kata Budi, diprediksi dipengaruhi beberapa faktor, seperti volume penjualan kendaraaan bermotor per bulan, harga minyak mentah Indonesia (ICP), dan harga bahan bakar premium.

"Hingga Oktober 2013 defisit neraca minyak telah mencapai 22,5 miliar dollar AS atau melonjak 21 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2012. Sementara surplus nonmigas pada periode yang sama hanya mencapai 4,2 miliar dollar AS. Sedangkan angka kumulatif penjualan otomotif mencapai 7,5 juta unit atau tumbuh 9,4 persen," ujar Budi.

Budi memandang subsidi BBM yang selama ini digelontorkan sudah menimbulkan kerugian bagi negara. Sangat mungkin neraca minyak tetap defisit walaupun subsidi BBM dicabut. Oleh karena itu, ia menyarankan pemerintah agar melakukan percepatan program konversi energi atau sejenisnya.

"Kita lihat subsidi BBM sudah merugikan negara. Kelompok muda suka membeli mobil dan motor. Demand BBM yang luar biasa membuat defisit (neraca minyak). Sangat bisa terjadi defisit neraca minyak tetap berlangsung walaupun subsidi BBM dicabut," tegasnya.(Sakina Rakhma Diah Setiawan)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×